Jumat, 17 Desember 2021

Pengembangan Kualitas Hidup Melalui Literasi Digital

Bismillahi Assalamualaikum warahmatullahi wa barakaatuh.

Alhamdulillah, sepatutnya segenap puji dan syukur kita haturkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala nikmat yang dilimpahkanNya kepada kita. Selawat dan salam semoga selalu atas Baginda Nabi Sang Guru Mulia Muhammad dan keluarganya. Pertemuan sore ini Rabu, 15 Desember 2021 merupakan kuliah online terakhir pelatihan Guru Motivator Literasi Digital (GMLD) angkatan pertama. Betapa inilah bekal yang dikemas di penghujung tahun 2021 untuk kemudian sekaligus menyambut tahun baru 2022 dengan penuh cita dan optimisme.

Pak Muliadi selaku moderator membuka pertemuan dengan memperkenalkan Narasumber yang terkenal dengan segudang kalimat bahagia dalam web resminya http://penamrbams.id, yakni Mr. Bams. Untuk mengenal lebih jauh sosok luar biasa yang satu ini, kita juga bisa langsung berkunjung ke laman https://penamrbams.id/cv-bambang-purwanto/.  Materi yang disampaiakan oleh Mr. Bams sore hari ini ialah Pengembangan kualitas hidup melalui literasi digital.

Poin-poin penting dalam materi pengembangan kualitas hidup melalui literasi digital disampaikan secara singkat, tapi padat dan jelas. Mr. Bams pun membagikan pengalamannya dalam kaitannya dengan pemanfaatan literasi digital.

Poin pertama ialah bahwa saat ini dengan segala macam bentuk perkembangan teknologi yang seakan terus berlari, ditambah lagi dengan pandemi yang seolah masih betah di negeri ini mendesak kita untuk bisa menguasai pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Hal ini kemudian membawa kita pada dunia baru yang sering disebut dunia digital. Dan sebagai suatu konsekuensi bahwa kita merupakan warga dunia digital tersebut ialah diperlukan literasi digital agar kita kian berwawasan, nyaman dan aman dalam memanfaatkan media digital dengan optimal.

Kedua, mengenai bagaimana memanfaatkan media digital ataupun TIK secara luas haruslah sesuai dengan norma-norma kehidupan. Optimal tak berarti kita meraup semua yang ada di dunia digital. Sebab, pada kenyataannya dunia digital sendiri memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang. Sehingga dengan berbekal literasi digital kita mampu memilah dan memilih untuk berjalan sesuai rel fungsi dan manfaat media digital di sisi positif secara  proporsional.

Ketiga, perlu kita sadari pula bahwa tak sedikit orang yang tekun dan sangat rajin menggunakan media digital untuk hal dan kepentingan yang tak semestinya. Maka dari itu, mari bersama memanfaatakan teknologi ini untuk terus belajar, berkarya serta berbagi hal-hal baik dan bermanfaat bagi banyak orang melalui media digital. Yang kemudian diharapkan dapat mengimbangi bahkan menenggelamkan konten-konten negatif yang ada di dunia digital.

Berikutnya, terus belajar serta berkarya sama artinya bahwa kita sedang mengasah kemampuan diri untuk senantiasa menjadi lebih baik. Demikian pula ketika kita berani menerima kepercayaan dan tanggung jawab atas sesuatu yang diserahkan pada kita baik oleh orang perorang, lembaga ataupun organisasi tertentu. Dan pada akhirnya saat kita rela berbagi di dunia digital berarti kita sedang manapaki pentas karya dan memberi jejak kenangan di sana.

Hal itu juga menunjukkan bahwa tanpa sadar kita sedang berproses menciptakan personal branding. Yang berarti pula bahwa kita perlu senantiasa meningkatkan kualitas diri sehingga dengan sendirinya kualitas hidup kita pun akan turut meningkat. Kualitas hidup tentu berpatokan pada standar dan garis start tiap orang yang sudah pasti berbeda satu sama lain. Dan satu hal yang perlu dicatat, yang dimaksud kualitas hidup di sini tak melulu hanya sebatas perkara financial, melainkan mutu hidup kita secara menyeluruh sebagai manusia dengan segenap ‘personal branding-nya’.

Sebagai contohnya Mr. Bams pun melakukan searching dengan mengetikkan serangkaian huruf: Mr. Bams, maka muncullah tampilan seperti di bawah ini.

Jejak digital seperti terlihat pada gambar itu menegaskan bahwa saat ini Mr. Bams  aktif mengelola akun digital di beberapa platform, di antaranya:

1.     Facebook Bambang Ayah Salwa

2.     Instagram @ayahnasalwa

3.     Website penamrbams.id

4.     Blog guruMAU.my.id

5.     Chanel Youtube Pena Mr. Bams

 

Dan tentu pemanfaatan semua itu menunjang berbagai aktivitas yang saat ini sedang dijalaninya, yaitu:

1.     Sebagai guru mata pelajaran Informatika di SMP Taruna Bakti Bandung

2.     Sebagai Pembina OSIS dan MPK di SMP Taruna Bakti Bandung

3.     SebagaPembingi Ekskul Public Speaking di SMP Taruna Bakti Bandung

4.     Sebagai Ketua RW 13 Perumahan Lebakwangi Asri

5.     Pegiat Literasi , pengelola TBM AS Lebakwangi

6.     Sebagai pengelola website PGRI Kota Bandung

7.     Sebagai pengurus GPMB Kabupaten Bandung

 

Serta masih banyak lagi kegiatan lainnya. Di mana bermacam-macam kegiatan seperti yang disampaikan oleh Mr. Bams tersebut merupakan upaya beliau dalam meningkatkan kualitas hidup melalui literasi digital yang sekaligus menjadi contoh bagi kita untuk kemudian giat melakukan sebentuk bakti sebagai guru dan manusia yang mulia.

 

Selain harus menguasai TIK, tips penting lainnya dalam pengembangan kualitas hidup melalui literasi digital adalah:

1.     pemanfaatan waktu dan sumber daya yang ada secara maksimal dan sebaik-baiknya.

2.     saling mendukung dan memberi semangat dalam keluarga, tempat kerja, ataupun di dunia digital.

3.     luruskan niat untuk memanfaatkan tekonologi yang ada saat ini sebagai ladang amal dalam berlomba-lomba mengejar, membuat dan menebar kebaikan di mana pun berada.

 

Sebagai closing statement, melalui Pak Muliadi selaku moderator, narasumber yang merupakan penggagas guru MAU itu membagikan kalimat penyemangat yang diteruskan di ruang chat WA grup 10.000 GMLD ini.

“Saat Allah SWT, Tuhan YME masih memberikan kesempatan dalam hidup ini, maka manfaatkan untuk kebaikan.

Belajar, berkarya, berbagi dan berbakti terus menerus.

Riang gembiralah dalam hidup ini agar tetap tumbuh rasa optimis dalam menjani kehidupan ini sebaik-baiknya. Manfaatkan teknologi dengan bijak agar cakap digital. Mari kita serbu dengan konten konten kebaikan dan kebaikan. Salam Literasi.”

Teruntuk Mr. Bams, Pak Muliadi, Bunda Ewi, serta Om Jay dan segenap tim GMLD...

Terima kasih, Jazakumullah khayr katsirπŸ™ πŸ’πŸ˜Š

 

Riung, medio Desember 2021

Astuty HAR

ERA TEKNOLOGI BEBAS NAMUN TAGGUNG JAWAB.

Bismillah..

Assalaamu ‘alaykum wa rahmatullah wa barakaatuh.

Alhamdulillah, sore ini merupakan pertemuan ke-19 kelas Guru Motivator Literasi Digital (GMLD). Sebagaimana jadwalnya,  materi di hari senin (13/12/21) disampaikan melalui ruang chat WhatsApp. Rifatun, M.Pd, sosok bersahaja lulusan Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang menjadi narasumber pada kesempatan kali ini. Beliau didampingi moderator, Bunda Rosminiyati.

Bu Rifatun mengawali materi yang disampaikannya yakni Era Teknologi Bebas Namun Tanggungjawab dengan melempar tanya ke segenap peserta GMLD. “Apa yang dimaksud dengan era teknologi?”

Berbagai jawaban pun disampaikan. Di antaranya, semua fasilitas serba digital, abad 4.0, dan juga suatu zaman dimana kegiatan atau aktivitas dilakukan dengan menggunakan media digital.

Bu Rifatun kemudian memaparkan bahwa seiring bergulirnya waktu, teknologi terus mengalami perkembangan. Adanya Internet saat ini telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global.

Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekeliling kita. Beragam penerapan teknologi telah memengaruhi nilai suatu masyarakat. Acap kali hadirnya teknologi baru mencuatkan pertanyaan-pertanyaan etika baru. Sebagai contoh meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam konteks produktivitas manusia, suatu istilah yang pada awalnya hanya menyangkut permesinan.

Teknologi menyajikan bermacam kemudahan. sehingga kini setiap kita leluasa dan bebas menggunakannya, tentu salah satunya betujuan untuk keefisienan pekerjaan kita. Namun, pertanyaannya ialah bagaimana cara kita menggunakan teknologi yang bebas ini?

Sebagai seorang guru, salah satu cara menggunakan teknologi misalnya dengan menggunakan infokus pada saat mengajar, agar materi yang begitu luas dapat terjangkau semua siswa dan membuat pembelajaran menjadi menarik.

Caranya manfaatkan teknologi dengan optimal dan proporsional sesuai kebutuhan. Silahkan menggali informasi seluas-luasnya, tapi tetap dipilah baik dan buruknya. Laksana pisau, teknologi pun memiliki dua sisi. Tergantung pada penggunanya. Sehingga sudah semestinya kita juga berperan dan bertanggung jawab dalam menggaungkan literasi digital kepada para peserta didik dan masyarakat.

Termasuk dengan melakukan pendekatan terhadap anak-anak didik kita terkait penggunaan teknologi ataupun media sosial secara bijak dengan memperhatikan norma-norma agar kemudian tidak menyalahi aturan dan etika dalam berinteraksi atau berselancar menggunakan teknologi digital.

Dalam  menggunakan teknologi kita diberi kebebasan. Pemanfaatan dalam dunia pendidikan  antara lain:

1 Membantu untuk mengelola prioritas

2. Komunikasi yang lebih baik

3.Menggunakan cara yang berbeda untuk Pendidikan

4. Memanfaatkan teknologi tepat waktu

Selain 4 cara di atas, beberapa hal terkait memanfaatkan teknologi supaya kegiatan belajar kita jadi lebih mudah, yaitu:

1.  Kamus online untuk mempelajari bahasa asing

2. Menonton video pembelajaran di situs video sharing

3. Memakai aplikasi untuk penunjang kegiatan belajar

4. Manfaatkan website penyedia materi pelajaran

5. Gunakan fitur yang ada di smartphone

 

Selanjutnya era teknologi  bebas namun  bertangung jawab . Maksudnya?

Maksud dari bebas dan bertanggung jawab adalah kita sebagai pelaku baik guru, siswa maupun semua orang harus memiliki etika digital yang baik. Semua yang kita ambil harus bisa kita pertanggungjawaban secara moral. Contoh sederhana ialah gunakan produk yang baik untuk pembelajaran dan cantumkan sumber materi yang kita kutip.

Era teknologi bebas namun bertanggung jawab jawab juga dapat dimaknai sebagai saat di mana kita berkesempatan seluas-luasnya untuk memanfaatkan teknologi untuk kepentingan kita, misalnya sebagai seorang guru kita bisa bebas mencari bahan ajar untuk kita ajarkan kepada anak didik kita. Bersamaan dengan itu, bentuk bertanggung jawab kita adalah  menggunakan teknologi dengan baik dan tidak menggunakannya untuk menyebarkan hal-hal buruk. Terlebih lagi karena kita adalah model bagi anak didik kita yang senantiasa ulung dalam meniru.

Dapat diartikan pula dunia digital saat ini sudah menjadi kebutuhan di semua lini. Namun, perlu disadari bahwa semua yang ada akan meninggalkan jejak dan menjadi track record kita. Maka, bertanggung jawab dalam penggunaannya menjadi sebuah keharusan pula. Oleh sebab itu memiliki kemampuan berliterasi digital adalah kuncinya, agar kita cakap dan bijak sehingga kemudian tidak mudah terperosok dalam jurang kehancuran.

Berikut 4 Pasal UU ITE yang mengatur etika bermedia sosial, Yakni UU No.19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). (Pasal 27,28,29,30).

Sebagai closing statement Bu Rifatun mengungkapkan satu kalimat persuasif yang dialamatkan untuk kita semua.. “Marilah kita bersama-sama bisa memanfaat era teknologi/ digital  dengan bebas namun pilihlah teknologi/ digital  yang sesuai dengan kita, Pilih yang cocok dan positif dengan etika yang baik dan penuh tanggungjawab.”

Terima kasih, Bu Rifatun, Bunda Ros dan teman teman semua.


Riung, 13 Desember '21

Astuty HAR 

Ciptakan Peluang Melalui Literasi Digital

 Bismillah..

Narasumber cantik, Leni Priska dan Uncle D atau Pak Deni Darmawan selaku Moderator tampil dalam sebingkai benda pipih yang memuat recording zoom pertemuan ke-18 kelas Guru Motivator Literasi Digital (GMLD) yang kutonton ulang melalui youtube.

Setelah mengawali pertemuan kali ini dengan permainan yang bertujuan untuk memusatkan fokus peserta zoom, Bu Leni pun mulai menyampaikan materinya yang bertema Ciptakan Peluang Melalui Literasi Digital.

Hal pertama yang beliau sampaikan adalah mengenai ajakan Pak Presiden Jokowi kepada seluruh elemen bangsa untuk memanfaatkan konektivitas digital. Hal tersebut bertujuan untuk dapat menghubungkan Indonesia dengan pola pikir global dan meraih masa depan yang baru. Ini merupakan tantangan. Maka mari bersama kita ciptakan ruang digital yang menyenangkan.

Karena sesugguhnya selain untuk mendapat informasi, dunia digital juga memberi manfaat secara luas dan kita pun bisa menciptakan peluang melalui literasi digital. Terlebih bagi kita pendidik, literasi digital dapat mengantar kita menciptakan konten-konten yang mendidik serta menunjang proses pembelajaran.

Saat ini Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) dan lintas pemangku kepentingan sudah berupaya menyelesaikan peta literasi digital yang dikoordinasi oleh siberkreasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang kini diketuai oleh Yossi Mokalu.

Tujuan digalakkannya literasi digital tentu untuk menambah wawasan, menciptakan kemampuan melaui pemanfaatan teknologi informasi komunikasi dan kemudian kita dapat mengevaluasi internet sehat, cermat, serta patuh hukum yang berlaku di tengah kita yang berasas Pancasila.

Sementara berdasarkan data Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and Communication Technology (ICT) Indonesia tertinggal dibandingkan negara anggota Group Twenty (Negara G20) lainnya. Di mana G20 adalah kelompok yang beranggotakan 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Secara resmi G20 dinamakan The Group of Twenty (G20) Finance Ministers and Central Bank Governors atau Kelompok Dua puluh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum antarpemerintah yang secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia.

Indeks Pembangungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) yang diperoleh Indonesia pada tahun 2017 ialah senilai 4,33 poin. Angka tersebut menempati posisi 114 dunia, kedua terendah di G20 setelah India. Data berikutnya bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Desember 2018 merilis IP-TIK Indonesia 2017 berada di level 4,99 dari skala 0-10. Capaian ini sesungguhnya mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya senilai 4,34. Namun, jelas terlihat bahwa kita masih beerada di bawah level 5, dan tentu masih jauh dari angka 10.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pembangunan TIK belum berjalan maksimal. Ini terbukti dari subindeks kecakapan pengguna serta akses dan infrastuktur masih sama-sama rendah. Dan yang perlu kita ingat ialah, skor kecakapan pengguna TIK Indonesia bernilai lebih rendah dari nilai subindeks akses dan infrastuktur. Maka kita perlu berupaya meningkatkan kecakapan digital secara merata serta berpikir kritis mengolah informasi digital, mengakses, mencari, menyaring informasi dengan baik sesuai asas pancasila. Inilah PR kita bersama.


Sedangkan negara berliterasi terbaik di dunia adalah Finlandia. Di bawah ini 5 hal yang membuat Finlandia menmpati posisi tersebut, yakni:

1.      Usia sekolah di Finlandia dimulai saat anak berusia 7 tahun. Para Guru di sana berlulusan master yang dalam keeharian selalu memberi apresiasi dan menanamkan percaya diri pada anak-anak. Sehingga anak-anak merasa memiliki potensi luar biasa.

2.    Anak-anak diwajibkan membaca minimal 1 buku sepekan. Terdapat banyak perpustakaan di berbagai penjuru Finlandia termasuk di pusat perbelanjaan seperti mall pun disediakan perpustakaan. Penjaga perpustakaan lulusan terdidik dengan senang melayani tamu/pengunjung perpustakaan. Tiap perpustakaan dilengkapi dengan fasilitas yang menyenangkan sehingga tujuan favorit warga Finlandia adalah perpustakaan.

3.     Paketan melahirkan diberikan sebagai hadiah dari pemerintah untuk Ibu melahirkan. Peket tersebut berisi perlengkapan bayi dan disertai dengan buku-buku. Keluarga dicurahi dengan fasilitas Pendidikan, sebab mereka menyadari bahwa keluarga adalah gerbang pendidikan pertama bagi anak-anak.

4.    Orang tua membacakan dongeng sebelum tidur untuk anak-anaknya. Hal ini menjadi tradisi penting yang bertujuan agar minat baca dan habit baca tertanam dalam diri anak-anak, karena tanpa terasa di saat yang sama sedang terjadi ‘pertunjukkan’ bahwa para orang tua pun gemar membaca.

5.     Acara Televisi (TV) berbahasa asing dilarang dialihsuarakan. Semua program asing di TV dibuat subtitle, tulisan terjemahan. Ini sengaja dilakukan. Alasan utamanya adalah untuk meningkatkan kebiasaan anak-anak membaca dengan baik dan cepat.

Selanjutnya Bu Leni memaparkan 4 kompetensi literasi digital yang bersumber dari modul literasi digital Kemenkominfo. Kompetensi-komptensi tersebut perlu dimiliki dan ditingkatkan oleh masyarakat Indonesia agar kemudian mampu memahami dan menguasai dunia digital, antara lain:

1.      Digital skill, kemampuan untuk membantu memahami dan menggunakan perangkat dalam operasi digital.

2.    Digital Etichs, terkait perlunya beretika baik dalam dunia digital.

3.     Digital culture, kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan berasas pancasila.

4.    Digital safety berhati-hati dalam menjaga data-data pribadi di dunia digital.

 

Selain itu, kompetensi yang tak kalah penting ialah kemampuan menciptakan peluang di ruang digital. Dengan mempelajari ini semua, tentu kita mendapat manfaat literasi digital antara lain:

*    Mengehemat waktu.

*    Hemat biaya.

*    Menambah relasi.

*    Mengambil keputusan yang lebih baik.

 

Sebagai contoh nyata, sharing mengenai menciptakan peluang dari Bu Leni ternyata membuat saya tercengang, terutama dua hal di antara beberapa hal berikut ini:

*    Les privat antarnegara

*    Produk homemade

*    Aplikasi untuk membuat presentasi dengan mudah di antaranya ialah dooratoon atau bisa juga dengan canva dsb.

*    Aplikasi papan tulis digital bisa digunakan untuk memudahkan pembelajaran matematika ataupun pelajaran lainnya di dunia virtual.

*    Cara membanjiri media digital dengan konten baik bisa akita lakukan dengan menugaskan anak membuat video (bisa penyampaian materi dan penyelesaian soal misalnya 5 soal Ujian) kemudian di-posting di media sosial mereka.

*    Cara praktis menciptakan dan melebarkan peluang misalnya peluang usaha di dunia digital ialah dengan membuat flyer di canva ataupun aplikasi lainnya lalu disebarkan mulai dari status WA kita atau bisa juga dikirim ke WAG dst.

Sehubungan dengan les privat yang dilakukan Bu Leni, rupanya sang guru berlokasi di Indonesia, tapi anak bimbingannya justru berada di negara bermenara kembar, Kuala Lumpur. Ini mengingatkan kita bahwa sebelumnya Malaysia pernah mengimpor para pengajar Indonesia. Tak hanya itu, di penghujung pertemuan kali ini kita mendapat share dari ibunda I.S Agustiany, salah satu peserta zoom ini bahwa pelajar Finlandia dan negara-negara lain pun pernah mereguk ilmu di tingkat SLTA dan universitas-universitas di Indonesia. Bahkan sebenarnya Finlandia mengadopsi sistem pendidikan Indonesia. Sebab tahun 1960-an hingga awal 1980 Indonesia adalah yang terbaik di mata dunia. Hmm...

Ketika ingin menjadi menyusul bahkan melampaui Finlandia hari ini, maka kalimat yang benar adalah kita Kembali menjadi diri kita sendiri dan mari sama-sama kita maju bersama untuk mengukir kembali gemilangnya Indonesia.

Satu kalimat penutup dari Bu Leni sore ini ialah “Tetap semangat, jadilah seperti batu akik yang rela senantiasa digosok demi memperoleh nilai diri yang lebih baik”.

 

Astuty HAR.

Rabu, 15 Desember 2021

Berbagi Praktik Baik Literasi Digital

Bismillah..

Kuliah online via WA bersama Narasumber dan Moderator hebat pada kelas Guru Motivator Literasi Digital (GMLD)kini telah sampai di pertemuan ke-17. Sang Narasumber sore Rabu, 8 Desember 2021 ini adalah seorang guru dengan segudang karya. Ialah Maria Magdalena Sumakul, nama lengkap beliau. Materi yang disampaikannya bertema Berbagi Praktik Baik Literasi Digital.

Pembukaan pertemuan kali ini terkesan berbeda dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sebab, dimoderatori oleh sang bilingual blogger, Mz Phia yang menuliskan chat WA dalam Bahasa Indonesia dan sekata dua kata disisipi kosa kata berbahasa Inggris.

Sebagai bagian awal, Bu Maria menginformasikan data  tren pengguna internet dan media sosial yang disajikan oleh We are Social pada Februari 2021 dalam Indonesian Digital Report 2021. Data dimaksud ialah sebagai berikut:

*    total jumlah penduduk Indonesia 274,9 juta jiwa,

*    pengguna mobile sejumlah 345, 3 juta (125,6% dari jumlah penduduk Indonesia)

*    pengguna internet 202,6 juta (73,7% dari jumlah penduduk Indonesia)

*    pengguna media sosial aktif 170 juta (61,8% dari jumlah penduduk Indonesia)

Aktivitas masyarakat pengguna internet di Indonesia pun terbilang luar biasa dan beragam dilihat dari rerata waktu yang dihabiskan maupun dari platform media sosial yang digunakan. Disamping jejaring media sosial juga tidak sedikit pengguna internet yang online untuk menikmati game, musik, podcast, broadcast, dsb.

Untuk itu, agar bisa berbagi praktik baik di dunia digital terlebih dahulu kita perlu tau apa sih literasi digital sebenarnya?


Berikut empat aspek digital sebagai fondasi yang penting untuk kita ajarkan ke anak didik kita.

Sehingga kemudian dengan pemahaman digital tersebut bisa mencegah terjadinya cyberbulling dan ketimpangan lainnya dalam bermedia sosial. Agar anak-anak kita tidak menjadi korban apalagi pelaku penyimpangan di dunia maya.


Beberapa kegiatan anak didik kita berikut ini dapat menjadi contoh literasi digital antara lain:

Dalam urusan madrasah/sekolah misalnya:

*      πŸ‘‰ komunikasi dengan guru dan teman menggunakan media sosial.

*       πŸ‘‰ Mengirim tugas madrasah/sekolah menggunakan e-mail

*       πŸ‘‰ Pembelajaran online menggunakan aplikasi ataupun web

*       πŸ‘‰ Mencari bahan ajar dari sumber terpercaya di internet

Sedangkan di rumah, contohnya antara lain:

*        πŸ‘‰ Medengarkan musik menggunakan layanan streaming resmi

*        πŸ‘‰ Melihat tutorial memasak dari internet

*        πŸ‘‰ Menggunakan laptop yang tersambung internet untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan.

 

Selanjutnya Bu Maria pun memaparkan tujuan pembelajaran literasi digital di madrasah/sekolah sebagaimana pada slide di bawah ini.

 

Demikian juga dengan beberapa manfaat literasi digital bagi siswa atau anak didik kita bahkan juga anak-anak pada umumnya di antaranya seperti pada tampilan berikut.


Selain itu, Bu Maria memaparkan tentang praktik baik literasi digital. Sebagai contoh beliau menunjukkan beberapa sampel praktik baik lietrasi digital yang terintegrasi mata  pelajaran informatika dalam bentuk format sebagaimana milik beliau.


Dari Rencana Pembelajaran di atas, berikut inilah rupa tampilan aplikasi coding scratch Jr  serta hasilnya berupa karya anak-anak didik Bu Maria.


Terakhir, di sesi tanya jawab Bu Maria senantiasa menjawab pertanyaan dari para peserta GMLD dengan detail menggunakan voice note. Salah satu poin yang beliau sampaikan di sesi ini ialah menjawab keresahan para orang tua tentang kecanduan game yang menimpa anak-anak kita.

Bu Maria menyebutkan bahwa sesungguhnya KemenInfo pernah memblokir game online, sebut saja FF dan ML. Sehingga yang ada adalah internet sehat. Namun, karena adanya sangat banyak, maka tidak dengan serta merta hilang semua.

Pada dasarnya game memiliki sisi positif juga yakni bagaimana anak-anak bisa merancang strategi dalam permainannya. Tapi kemudian, yang menjadi masalah adalah bila sampai berlebihan apalagi menjadi ketergantungan.

Mengenai hal ini peran guru dan orang tua tentunya sangat diperlukan. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah untuk tugas searching di internet, kepada siswa MI/SD berikan link langsung. Begitu juga dengan anak-anak usia MTs/SMP. Namun, untuk tingkat usia di atas anak MI dan SD, bisa diberikan pemahaman bahwa saat mereka membuka aplikasi atau situs tertentu pasti akan muncul juga hal-hal lain selain apa yang dicarinya. Maka, tekankan pada anak-anak untuk terbiasa membuka urutan teratas yang muncul di bagian hasil google search. Sampaikan pada anak-anak tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta dampak-dampaknya.

Disadari atau tidak, anak-anak kita sesungguhnya menyimpan potensi besar dalam dirinya. Sehingga kita, guru, sudah semestinya membantu anak-anak dalam hal eksplorasi diri. Sebentuk usaha agar perhatian anak-anak teralihkan dari game, salah satu misalnya kita memberikan tugas secara pribadi atau berkelompok untuk vΓ­deo tutorial tentang suatu hal tertentu. Sehingga anak-anak (merasa) menjadi ala youtuber, disibukkan dengan tugasnya sekaligus juga tetap bisa bersosialisasi dengan sesama.

Selain itu, pihak madrasah/sekolah bersama komitenya misalnya bisa mengadakan semacam seminar bagi orang tua terkait literasi digital. Untuk kemudian sama-sama bergandengan tangan dengan para guru dalam menuntun diri kita sendiri dan anak-anak dalam berbagi baik dalam literasi digital.

Akhir kata... terima kasih, Bu Maria dan Mz Phia.

Sincerely,

Astuty HAR.

Bijak Dalam Bermedia Sosial

Bismillah..

Assalaamu ‘alaykum wa rahmatullah wa barakaatuh. 😊

Alhamdulillah, Segenap Puja dan Puji hanya patut bagi Allah yang Mahabaik kepada kita. Dengan izinNya pertemuan ke-16 kelas Guru Motivator Literasi Digital yang berlangsung via WA dapat kususuri jalannya. Setelah sejak pagi tadi jaringan seluler di tempatku sempat menghilang hampir seharian. Alhamdulillah, kini ia kembali dan menghapus rinduku akan dirinya. Astaghfirullah.. kok aku  jadi curhat di dunia terbuka seperti ini 🀭

Hari ini, Senin tanggal 6 Desember 2021. Jadwal kelas GMLD awalnya akan diisi oleh Mr. Bams. Namun, karena satu dan lain hal, materi menarik bertema Bijak Dalam Bermedia Sosial disampaikan oleh Pak Dail Maruf yang didampingi Pak Muliadi dan Bu Rosminiyati.

Dengan rendah hati, Pak Muliadi dan juga Pak Dail mengawali penyampaian materinya dengan menjabarkan perkembangan media digital. Bermula dari hanya Radio dan Televisi kemudian Hand phone dengan modal SMS serta SMS grup lalu beranjak ke Black Berry Massanger alias BBM yang sempat membuat semua orang demam BBM. Seiring berjalannya waktu, BBM pun tergeser oleh hadirnya android dengan WhatsApp (WA) sebagai produk dari face book (FB) dalam rupa yang lebih sederhana sesuai kebutuhan konsumen. WA pun kini menduduki tempat teratas kedua di dunia digital dalam hal penggunaannya.


Dari grafik tersebut di atas tentu semakin benderang terlihat bahwa kini kita telah dikepung oleh media sosial. Berbagai aplikasi dengan segala kelebihan dan kekurangannya pun terus bermunculan dan kian mewarnai media sosial.

Oleh karena itu, kita harus bijak dalam bersikap di tengah padatnya arus informasi dan komunikasi di jejaring media sosial.

Bijak? Media sosial? Apa sih..?

Pertama kita mulai dari defenisi media sosial ya..

Media merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima pesan, dengan tujuan meningkatkan pemahaman penerima pesan.

Sementara media sosial dalah sebuah media daring yang digunakan satu sama lain yang para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Andreas Kaplan dan Michael Henlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content ”

User generated content sendiri merupakan berbagai bentuk konten baik tulisan, video, foto, review, dan lainnya yang dibuat oleh seseorang seperti konsumen, pelanggan, atau bahkan followers.

Sederhananya media sosial merupakan media yang digunakan masyarakat untuk mengomunikasikan suatu hal tertentu kepada pihak lain baik perorangan atau publik.

Selanjutnya bijak memiliki 2 arti, yakni:

Pertama bijak berarti pandai, mahir dan selalu menggunakan akal budi.

Kedua ialah pandai bercakap-cakap, petah lidah.

Sedangkan menurut Pak Haji M. Nur, Guru Agama yang tak lain adalah Ayah Pak Dail, bijak berarti adil yang bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya. Sehingga orang bijak ialah orang yang pandai menempatkan segala sesuatu sesuai peruntukannya.

Begitu pula dengan bermedia sosial, kita akan disebut bijak bila kita menggunakan media sesuai fungsi sesungguhnya. So, catat nih.. manfaat media sosial ialah:

1.       πŸ‘‰Menjalin silaturahmi

2.       πŸ‘‰Menambah relasi

3.        πŸ‘‰Bisnis

4.        πŸ‘‰Pentas karya

Bahkan Pak Dail mencontohkan bahwa saat ini kita sedang menjalin silaturahmi. Dengan begitu, kita juga mendapat manfaat lainnya yaitu, perolehan informasi, ilmu, bahkan peluang bisnis. Contoh lain, misalnya kita punya sesuatu yang berkhasiat baik bagi tubuh yang kemudian diramu dan dikemas sedemikian rupa lalu di-share di media sosial agar bisa membantu sesiapa yang sekiranya memerlukan dan sekaligus menjadi tambahan pemasukan serta peluang bisnis.

Singkatnya, ibarat pisau, media sosial pun memiliki dua sisi. Berguna atau berbahaya. Mendatangkan manfaat ataukah menjadi mudharat. Tergantung pada kita yang menggunakannya.

Ketika media sosial dioptimalkan penggunaannya untuk hal bermanfaat, maka kebaikanlah yang kita raih. Namun, sebaliknya bila media sosial digunakan dengan cara yang salah dan untuk hal negatif, bersiaplah menuai segala macam akibatnya.

Di penghujung sesi penyampaian materi, Pak Dail menyatakan bahwa bijak itu tidak berarti hanya dimiliki oleh orang tua ataupun orang yang sudah tua. Karena (bila Allah masih memberi usia) menjadi tua adalah kepastian. Sedangkan menjadi yang bijak adalah pilihan kita.

Kepada Pak Dail, Pak Muliadi dan Bu Ros.. Terima kasih, Jazakumullah ahsan Jaza’. πŸ’

Sampai Ketemu Lagi

Sampai ketemu lagi. "Kak As, nanti saya telpon ya" Aku menjwabnya dengan senyuman. "Sampai ketemu lagi, kak" ia pu...