Bismillah..
Narasumber cantik, Leni Priska dan Uncle D atau Pak
Deni Darmawan selaku Moderator tampil dalam sebingkai benda pipih yang memuat recording
zoom pertemuan ke-18 kelas Guru Motivator Literasi Digital (GMLD) yang
kutonton ulang melalui youtube.
Setelah mengawali pertemuan kali ini dengan permainan
yang bertujuan untuk memusatkan fokus peserta zoom, Bu Leni pun mulai
menyampaikan materinya yang bertema Ciptakan Peluang Melalui Literasi Digital.
Hal pertama yang beliau sampaikan adalah mengenai
ajakan Pak Presiden Jokowi kepada seluruh elemen bangsa untuk memanfaatkan
konektivitas digital. Hal tersebut bertujuan untuk dapat menghubungkan
Indonesia dengan pola pikir global dan meraih masa depan yang baru. Ini merupakan
tantangan. Maka mari bersama kita ciptakan ruang digital yang menyenangkan.
Karena sesugguhnya selain untuk mendapat informasi,
dunia digital juga memberi manfaat secara luas dan kita pun bisa menciptakan
peluang melalui literasi digital. Terlebih bagi kita pendidik, literasi digital
dapat mengantar kita menciptakan konten-konten yang mendidik serta menunjang
proses pembelajaran.
Saat ini Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo)
dan lintas pemangku kepentingan sudah berupaya menyelesaikan peta literasi
digital yang dikoordinasi oleh siberkreasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital
(GNLD) yang kini diketuai oleh Yossi Mokalu.
Tujuan digalakkannya literasi digital tentu untuk menambah
wawasan, menciptakan kemampuan melaui pemanfaatan teknologi informasi
komunikasi dan kemudian kita dapat mengevaluasi internet sehat, cermat, serta patuh
hukum yang berlaku di tengah kita yang berasas Pancasila.
Sementara berdasarkan data Pembangunan
Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and Communication
Technology (ICT) Indonesia tertinggal dibandingkan negara anggota Group
Twenty (Negara G20) lainnya. Di mana G20 adalah kelompok yang beranggotakan 19
negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Secara
resmi G20 dinamakan The Group of Twenty (G20) Finance Ministers and
Central Bank Governors atau Kelompok Dua puluh Menteri Keuangan dan
Gubernur Bank Sentral. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum antarpemerintah yang secara
sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang untuk membahas
isu-isu penting perekonomian dunia.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
pembangunan TIK belum berjalan maksimal. Ini terbukti dari subindeks kecakapan pengguna serta akses
dan infrastuktur masih sama-sama rendah. Dan yang perlu kita ingat ialah, skor kecakapan
pengguna TIK Indonesia bernilai lebih rendah dari nilai subindeks akses dan
infrastuktur. Maka kita perlu berupaya meningkatkan kecakapan digital secara
merata serta berpikir kritis mengolah informasi digital, mengakses, mencari,
menyaring informasi dengan baik sesuai asas pancasila. Inilah PR kita bersama.
Sedangkan negara berliterasi terbaik di dunia adalah
Finlandia. Di bawah ini 5 hal yang membuat Finlandia menmpati posisi
tersebut, yakni:
1. Usia sekolah
di Finlandia dimulai saat anak berusia 7 tahun. Para Guru di sana berlulusan
master yang dalam keeharian selalu memberi apresiasi dan menanamkan percaya
diri pada anak-anak. Sehingga anak-anak merasa memiliki potensi luar biasa.
2. Anak-anak
diwajibkan membaca minimal 1 buku sepekan. Terdapat banyak perpustakaan di berbagai
penjuru Finlandia termasuk di pusat perbelanjaan seperti mall pun disediakan
perpustakaan. Penjaga perpustakaan lulusan terdidik dengan senang melayani
tamu/pengunjung perpustakaan. Tiap perpustakaan dilengkapi dengan fasilitas yang
menyenangkan sehingga tujuan favorit warga Finlandia adalah perpustakaan.
3. Paketan
melahirkan diberikan sebagai hadiah dari pemerintah untuk Ibu melahirkan. Peket
tersebut berisi perlengkapan bayi dan disertai dengan buku-buku. Keluarga dicurahi
dengan fasilitas Pendidikan, sebab mereka menyadari bahwa keluarga adalah
gerbang pendidikan pertama bagi anak-anak.
4. Orang
tua membacakan dongeng sebelum tidur untuk anak-anaknya. Hal ini menjadi
tradisi penting yang bertujuan agar minat baca dan habit baca tertanam dalam
diri anak-anak, karena tanpa terasa di saat yang sama sedang terjadi ‘pertunjukkan’
bahwa para orang tua pun gemar membaca.
5. Acara Televisi (TV) berbahasa asing dilarang dialihsuarakan.
Semua
program asing di TV dibuat subtitle, tulisan terjemahan. Ini sengaja
dilakukan. Alasan utamanya adalah untuk meningkatkan kebiasaan anak-anak membaca
dengan baik dan cepat.
1.
Digital skill, kemampuan untuk membantu memahami
dan menggunakan perangkat dalam operasi digital.
2. Digital Etichs, terkait perlunya beretika baik dalam dunia
digital.
3. Digital culture, kemampuan membaca, menguraikan,
membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan dalam kehidupan
sehari-hari. Kebudayaan berasas pancasila.
4. Digital safety berhati-hati dalam menjaga data-data
pribadi di dunia digital.
Selain
itu, kompetensi yang tak kalah penting ialah kemampuan menciptakan peluang di
ruang digital. Dengan mempelajari
ini semua, tentu kita mendapat manfaat literasi digital antara lain:
Mengehemat
waktu.
Hemat
biaya.
Menambah
relasi.
Mengambil
keputusan yang lebih baik.
Sebagai contoh nyata, sharing mengenai menciptakan peluang
dari Bu Leni ternyata membuat saya tercengang, terutama dua hal di antara
beberapa hal berikut ini:
Les
privat antarnegara
Produk
homemade
Aplikasi
untuk membuat presentasi dengan mudah di antaranya ialah dooratoon atau bisa
juga dengan canva dsb.
Aplikasi
papan tulis digital bisa digunakan untuk memudahkan pembelajaran matematika ataupun
pelajaran lainnya di dunia virtual.
Cara
membanjiri media digital dengan konten baik bisa akita lakukan dengan menugaskan
anak membuat video (bisa penyampaian materi dan penyelesaian soal misalnya 5
soal Ujian) kemudian di-posting di media sosial mereka.
Cara
praktis menciptakan dan melebarkan peluang misalnya peluang usaha di dunia
digital ialah dengan membuat flyer di canva ataupun aplikasi lainnya lalu disebarkan
mulai dari status WA kita atau bisa juga dikirim ke WAG dst.
Sehubungan dengan les privat
yang dilakukan Bu Leni, rupanya sang guru berlokasi di Indonesia, tapi anak bimbingannya
justru berada di negara bermenara kembar, Kuala Lumpur. Ini mengingatkan kita bahwa sebelumnya Malaysia pernah
mengimpor para pengajar Indonesia. Tak hanya itu, di penghujung pertemuan kali
ini kita mendapat share dari ibunda I.S Agustiany, salah satu peserta
zoom ini bahwa pelajar Finlandia dan negara-negara lain pun pernah mereguk ilmu
di tingkat SLTA dan universitas-universitas di Indonesia. Bahkan sebenarnya Finlandia
mengadopsi sistem pendidikan Indonesia. Sebab tahun 1960-an hingga awal 1980
Indonesia adalah yang terbaik di mata dunia. Hmm...
Ketika ingin menjadi menyusul bahkan melampaui
Finlandia hari ini, maka kalimat yang benar adalah kita Kembali menjadi diri
kita sendiri dan mari sama-sama kita maju bersama untuk mengukir kembali
gemilangnya Indonesia.
Satu kalimat penutup dari Bu Leni sore ini ialah “Tetap
semangat, jadilah seperti batu akik yang rela senantiasa digosok demi
memperoleh nilai diri yang lebih baik”.
Astuty HAR.
Bagus materinya.
BalasHapusSangat menginspirasi guru-guru di Indonesia terkhususnya di NTT untuk tetap Menyemangati anak-anak untuk terbiasa dengan kegiatan literasi.
Hanya saja kalau literasi digital ini kita di NTT masih lemah dalam hal jaringan internet. Jadi mungkin pemerintah bisa memperhatikan dan mengatasi kelemahan/kendala tersebut.
Terimakasih
Terima kasih sudah berkenan mampir, :)
HapusBenar, kak.. Apapun pelajaran yang diampu, kita semua mestinya bergerak bersama menggaungkan literasi kepada anak-anak.
Perihal jaringan internet, saat ini pemerintah tengah terus melakukan pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi demi meratanya literasi digital di semua penjuru negeri.
Masya Allah. .terus berkarya kak,👍tulisannya bagus dan sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih, sudah berkenan mampir kemari :)
Hapus