Jumat, 17 Desember 2021

Ciptakan Peluang Melalui Literasi Digital

 Bismillah..

Narasumber cantik, Leni Priska dan Uncle D atau Pak Deni Darmawan selaku Moderator tampil dalam sebingkai benda pipih yang memuat recording zoom pertemuan ke-18 kelas Guru Motivator Literasi Digital (GMLD) yang kutonton ulang melalui youtube.

Setelah mengawali pertemuan kali ini dengan permainan yang bertujuan untuk memusatkan fokus peserta zoom, Bu Leni pun mulai menyampaikan materinya yang bertema Ciptakan Peluang Melalui Literasi Digital.

Hal pertama yang beliau sampaikan adalah mengenai ajakan Pak Presiden Jokowi kepada seluruh elemen bangsa untuk memanfaatkan konektivitas digital. Hal tersebut bertujuan untuk dapat menghubungkan Indonesia dengan pola pikir global dan meraih masa depan yang baru. Ini merupakan tantangan. Maka mari bersama kita ciptakan ruang digital yang menyenangkan.

Karena sesugguhnya selain untuk mendapat informasi, dunia digital juga memberi manfaat secara luas dan kita pun bisa menciptakan peluang melalui literasi digital. Terlebih bagi kita pendidik, literasi digital dapat mengantar kita menciptakan konten-konten yang mendidik serta menunjang proses pembelajaran.

Saat ini Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) dan lintas pemangku kepentingan sudah berupaya menyelesaikan peta literasi digital yang dikoordinasi oleh siberkreasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang kini diketuai oleh Yossi Mokalu.

Tujuan digalakkannya literasi digital tentu untuk menambah wawasan, menciptakan kemampuan melaui pemanfaatan teknologi informasi komunikasi dan kemudian kita dapat mengevaluasi internet sehat, cermat, serta patuh hukum yang berlaku di tengah kita yang berasas Pancasila.

Sementara berdasarkan data Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and Communication Technology (ICT) Indonesia tertinggal dibandingkan negara anggota Group Twenty (Negara G20) lainnya. Di mana G20 adalah kelompok yang beranggotakan 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Secara resmi G20 dinamakan The Group of Twenty (G20) Finance Ministers and Central Bank Governors atau Kelompok Dua puluh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum antarpemerintah yang secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia.

Indeks Pembangungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) yang diperoleh Indonesia pada tahun 2017 ialah senilai 4,33 poin. Angka tersebut menempati posisi 114 dunia, kedua terendah di G20 setelah India. Data berikutnya bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Desember 2018 merilis IP-TIK Indonesia 2017 berada di level 4,99 dari skala 0-10. Capaian ini sesungguhnya mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya senilai 4,34. Namun, jelas terlihat bahwa kita masih beerada di bawah level 5, dan tentu masih jauh dari angka 10.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pembangunan TIK belum berjalan maksimal. Ini terbukti dari subindeks kecakapan pengguna serta akses dan infrastuktur masih sama-sama rendah. Dan yang perlu kita ingat ialah, skor kecakapan pengguna TIK Indonesia bernilai lebih rendah dari nilai subindeks akses dan infrastuktur. Maka kita perlu berupaya meningkatkan kecakapan digital secara merata serta berpikir kritis mengolah informasi digital, mengakses, mencari, menyaring informasi dengan baik sesuai asas pancasila. Inilah PR kita bersama.


Sedangkan negara berliterasi terbaik di dunia adalah Finlandia. Di bawah ini 5 hal yang membuat Finlandia menmpati posisi tersebut, yakni:

1.      Usia sekolah di Finlandia dimulai saat anak berusia 7 tahun. Para Guru di sana berlulusan master yang dalam keeharian selalu memberi apresiasi dan menanamkan percaya diri pada anak-anak. Sehingga anak-anak merasa memiliki potensi luar biasa.

2.    Anak-anak diwajibkan membaca minimal 1 buku sepekan. Terdapat banyak perpustakaan di berbagai penjuru Finlandia termasuk di pusat perbelanjaan seperti mall pun disediakan perpustakaan. Penjaga perpustakaan lulusan terdidik dengan senang melayani tamu/pengunjung perpustakaan. Tiap perpustakaan dilengkapi dengan fasilitas yang menyenangkan sehingga tujuan favorit warga Finlandia adalah perpustakaan.

3.     Paketan melahirkan diberikan sebagai hadiah dari pemerintah untuk Ibu melahirkan. Peket tersebut berisi perlengkapan bayi dan disertai dengan buku-buku. Keluarga dicurahi dengan fasilitas Pendidikan, sebab mereka menyadari bahwa keluarga adalah gerbang pendidikan pertama bagi anak-anak.

4.    Orang tua membacakan dongeng sebelum tidur untuk anak-anaknya. Hal ini menjadi tradisi penting yang bertujuan agar minat baca dan habit baca tertanam dalam diri anak-anak, karena tanpa terasa di saat yang sama sedang terjadi ‘pertunjukkan’ bahwa para orang tua pun gemar membaca.

5.     Acara Televisi (TV) berbahasa asing dilarang dialihsuarakan. Semua program asing di TV dibuat subtitle, tulisan terjemahan. Ini sengaja dilakukan. Alasan utamanya adalah untuk meningkatkan kebiasaan anak-anak membaca dengan baik dan cepat.

Selanjutnya Bu Leni memaparkan 4 kompetensi literasi digital yang bersumber dari modul literasi digital Kemenkominfo. Kompetensi-komptensi tersebut perlu dimiliki dan ditingkatkan oleh masyarakat Indonesia agar kemudian mampu memahami dan menguasai dunia digital, antara lain:

1.      Digital skill, kemampuan untuk membantu memahami dan menggunakan perangkat dalam operasi digital.

2.    Digital Etichs, terkait perlunya beretika baik dalam dunia digital.

3.     Digital culture, kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan berasas pancasila.

4.    Digital safety berhati-hati dalam menjaga data-data pribadi di dunia digital.

 

Selain itu, kompetensi yang tak kalah penting ialah kemampuan menciptakan peluang di ruang digital. Dengan mempelajari ini semua, tentu kita mendapat manfaat literasi digital antara lain:

*    Mengehemat waktu.

*    Hemat biaya.

*    Menambah relasi.

*    Mengambil keputusan yang lebih baik.

 

Sebagai contoh nyata, sharing mengenai menciptakan peluang dari Bu Leni ternyata membuat saya tercengang, terutama dua hal di antara beberapa hal berikut ini:

*    Les privat antarnegara

*    Produk homemade

*    Aplikasi untuk membuat presentasi dengan mudah di antaranya ialah dooratoon atau bisa juga dengan canva dsb.

*    Aplikasi papan tulis digital bisa digunakan untuk memudahkan pembelajaran matematika ataupun pelajaran lainnya di dunia virtual.

*    Cara membanjiri media digital dengan konten baik bisa akita lakukan dengan menugaskan anak membuat video (bisa penyampaian materi dan penyelesaian soal misalnya 5 soal Ujian) kemudian di-posting di media sosial mereka.

*    Cara praktis menciptakan dan melebarkan peluang misalnya peluang usaha di dunia digital ialah dengan membuat flyer di canva ataupun aplikasi lainnya lalu disebarkan mulai dari status WA kita atau bisa juga dikirim ke WAG dst.

Sehubungan dengan les privat yang dilakukan Bu Leni, rupanya sang guru berlokasi di Indonesia, tapi anak bimbingannya justru berada di negara bermenara kembar, Kuala Lumpur. Ini mengingatkan kita bahwa sebelumnya Malaysia pernah mengimpor para pengajar Indonesia. Tak hanya itu, di penghujung pertemuan kali ini kita mendapat share dari ibunda I.S Agustiany, salah satu peserta zoom ini bahwa pelajar Finlandia dan negara-negara lain pun pernah mereguk ilmu di tingkat SLTA dan universitas-universitas di Indonesia. Bahkan sebenarnya Finlandia mengadopsi sistem pendidikan Indonesia. Sebab tahun 1960-an hingga awal 1980 Indonesia adalah yang terbaik di mata dunia. Hmm...

Ketika ingin menjadi menyusul bahkan melampaui Finlandia hari ini, maka kalimat yang benar adalah kita Kembali menjadi diri kita sendiri dan mari sama-sama kita maju bersama untuk mengukir kembali gemilangnya Indonesia.

Satu kalimat penutup dari Bu Leni sore ini ialah “Tetap semangat, jadilah seperti batu akik yang rela senantiasa digosok demi memperoleh nilai diri yang lebih baik”.

 

Astuty HAR.

4 komentar:

  1. Bagus materinya.
    Sangat menginspirasi guru-guru di Indonesia terkhususnya di NTT untuk tetap Menyemangati anak-anak untuk terbiasa dengan kegiatan literasi.

    Hanya saja kalau literasi digital ini kita di NTT masih lemah dalam hal jaringan internet. Jadi mungkin pemerintah bisa memperhatikan dan mengatasi kelemahan/kendala tersebut.
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah berkenan mampir, :)
      Benar, kak.. Apapun pelajaran yang diampu, kita semua mestinya bergerak bersama menggaungkan literasi kepada anak-anak.
      Perihal jaringan internet, saat ini pemerintah tengah terus melakukan pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi demi meratanya literasi digital di semua penjuru negeri.

      Hapus
  2. Masya Allah. .terus berkarya kak,👍tulisannya bagus dan sangat bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, sudah berkenan mampir kemari :)

      Hapus

Sampai Ketemu Lagi

Sampai ketemu lagi. "Kak As, nanti saya telpon ya" Aku menjwabnya dengan senyuman. "Sampai ketemu lagi, kak" ia pu...