Sabtu, 29 Januari 2022

Menulis Buku Dari Karya Ilmiah

Judul                : Menulis Buku Dari Karya Ilmiah

Resume ke-     : 6

Gelombang     : 24

Tanggal           : Jumat, 28 Januari 2022

Narasumber    : Noralia Purwa Yunita, M.Pd

 


Yang kusesali adalah…

Aku tak akrab dengan Bang e-mail.

Aku bahkan tak kenal si drive.

Jadi jangan tanya tentang kabar Karya Ilmiahku yang the only one.

Ya, Skripsi.

Usianya tentu tak semuda aku. Hehee.. maksudku, tak muda lagi. Pun sudah lama waktu membawa pergi skripsiku.

Lah kok waktu sih?

Mmm.. bukan waktu. Tapi seseorang, yang meminjam skripsiku dan belum dikembalikan. Atau mungkin tidak akan bisa dikembalikan lagi.

Sementara ketika itu harta karunku adalah sebuah flash disk. Sebagai pelanggan setia warnet, memang hanya itulah modalku. Lalu di mana flash disk itu?

Sedikit lagi akan genap satu dekade, keseluruhan waktu dihitung dari tahun ini ke tanggal aku dinyatakan lulus kuliah. Maka pertanyaan tentang flash disk itu akan kujawab dengan satu kata. Innaalillah.

Dan sebelum orang-orang pun menyebut kalimat istirja’ di akhir waktu yang ditetapkanNya untukku, aku ingin membukukan setidaknya sebuah karya ilmiah...

The End. 😊

 

Assalaamu ‘alaykum.

Salam sejahtera, teman-teman..

Dengan penuh sukacita pertemuan ke-6 kelas Belajar Menulis gelombang 23 dan 24 atau disingkat BM 23-24 dibuka oleh Bu Raliyanti selaku moderator.

Sang Narasumber pada kuliah online kali ini rupanya adalah seorang guru IPA pada SMPN 8 Semarang, Bu Noralia Purwa Yunita, nama lengkap beliau. Dengan rendah hati, Bu Nora menuliskan dalam chat bahwa beliau akan berbagi pengalaman tentang bagaimana cara menulis buku dari karya ilmiah.

Yap! Materi pelajaran kita malam ini bertema menulis buku dari karya ilmiah.

Mengawali materi tersebut, narasumber yang tak lain adalah alumni BM 8 ini menyinggung bahwa sudah pasti para peserta BM 23-24 pernah membuat karya ilmiah baik skripsi bagi lulusan S1 atau juga tesis bagi menapaki jenjang pendidikan S2. Lalu, selain itu dalam masa menjadi guru, hadir pula sebuah tuntutan untuk membuat karya ilmiah. Karya ilmiah dimaksud bisa Penelitian Tindakan Kelas (PTK), best practice, makalah tinjauan ilmiah, artikel ilmiah, ataupun jurnal. Bagi ASN sederet nama karya ilmiah tersebut biasanya dibuat sebagai penunjang kenaikan pangkat. Singkatnya melalui fakta yang terjadi selama ini memperlihatkan kepada kita bahwa pembuatan karya ilmiah hanya sebatas untuk menggenapi persyaratan akan suatu tuntutan tertentu.

Setelah tuntutan terkait karya ilmiah tersebut terpenuhi, semua upaya dalam proses pembuatan karya ilmiah tersebut pada akhirnya berujung dengan ‘memuseumkannya’ di lemari, di rak buku pribadi atau paling tinggi di perpustakaan kampus dan perpustakaan tempat pelakasanaan penelitian yang biasanya tak lain adalah sekolah/madrasah masing-masing.

“Akan sangat disayangkan apabila informasi dan data penting yang tertulis dalam KTI dari hasil riset yang telah kita lakukan tersebut hanya tergeletak begitu saja di perpustakaan dan tidak dapat tersampaikan kepada masyarakat luas atau tidak dapat dinikmati oleh masyarakat luas sebagai rujukan yang dapat memberikan solusi nyata” chat Bu Nora yang diteruskan oleh Bu Raliyanti dalam WhatsApp grup Belajar Menulis 24.

Satu solusi yang kemudian menjawab soalan di atas ialah menjadikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) kita tersebar ke luas ke masyarakat berupa buku.

So, pendeknya mari ubah KTI kita menjadi buku. Berikut manfaat mengonversi KTI menjadi buku, antara lain:

  1. Karya kita dapat dibaca oleh masyarakat luas
  2. Buku dapat diperjualbelikan, sehingga dapat diperoleh keuntungan material
  3. Bagi para ASN, dapat memperoleh 2 keuntungan sekaligus. Di mana selain mendapatkan poin Angka Kredit (AK) dari laporan PTK, buku hasil konversi tersebut dapat dijadikan publikasi ilmiah yang juga menambah poin AK.
  4. Bila buku hasil konversi KTI kita banyak dibaca, banyak dibeli, maka ada kemungkinan nama kita sebagai penulis akan dikenal oleh banyak orang. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri
  5. Ketika sudah menjadi buku, Ilmu yang ada dapat tersebar bebas tanpa sekat.

 

Bagaimana cara mengonversinya?

Menyebut KTI dan buku, tentu kita tau bahwa masing-masing memiliki bentuk yang berbeda satu sama lain. Perbedaan dimaksud tidak hanya soal tampilan jilidnya, melainkan lebih kepada format penulisannya.

Format buku dan KTI masing-masing tersusun atas:

 

No

BUKU

KTI

Keterangan

1

Judul

Judul

* (dapat pula ditambah)

2

Kata Pengantar

Lembar pengesahan

 

3

Prakata

Kata Pengantar

 

4

Daftar isi

Halaman persembahan

 

5

Isi buku

Daftar isi

 

6

Daftar Pustaka

Pendahuluan

 

7

Sinopsis

Tinjauan Pustaka

 

8

Profil Penulis

Metode penelitian

 

9

Daftar gambar*

Pembahasan

 

10

Daftar tabel*

Kesimpulan

 

11

Indeks*

Daftar Pustaka

 

12

Glosarium*

Lampiran

 

 

Cara Konversi KTI Menjadi Buku

A.     Ubah judul

Biasanya, judul KTI menggunakan bahasa ilmiah,  kaki, dan panjang. Judul buku lebih cenderung menggunakan bahasa populer, santai dan singkat. Paling tidak maksimal 5-6 kata.

Sebagai contoh, judul Skripsi "Pengaruh model pembelajaran reflektif berbantu media animasi terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas VIII pada materi sistem pencernaan manusia".

Dapat diubah menjadi lebih singkat, padat, namun tidak mengubah arti dari judul karya ilmiah yang telah dibuat. Sehingga judul buku tersebut, misalnya:

" Serunya belajar IPA dengan media animasi".

  1. Ubah daftar isi

Biasanya untuk beberapa KTI, daftar isi memuat:

BAB 1 Pendahuluan berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah

BAB 2 landasan teori

Bab 3 metode penelitian yang berisi rumus-rumus statistika

Bab 4 hasil dan pembahasan

Bab 5 penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

 

Namun ketika diubah menjadi BUKU, daftar isi berpedoman 2W +1H, sehingga menjadi:

Bab 1 (why) menjelaskan pentingnya, alasan penggunaan model/media itu untuk pembelajaran. Masalah pembelajaran Sains selama ini, dll.

Bab 2 (what) menjelaskan apa itu pengertian, karakteristik, ciri khas, dari metode/media/model yang menjadi fokus dari tulisan.

Bab 3, 4, 5, dan seterusnya (How) menjelaskan bagaimana tahap pembuatan, bagaimana hasil pembuatan, bagaimana penerapannya.

Boleh juga mengembangkan materi dari bab 2 di KTI.

Sebagai contoh jika bab 2 KTI yang merupakan landasan teori ternyata berisi

2.1. hasil belajar

2.2. media pembelajaran

2.3. Modul

2.4. model pembelajaran

2.5. pembelajaran berbasis riset

 

Saat diubah menjadi buku dapat dibuat menjadi beberapa bab yaitu:

Sub bab 2.1. hasil belajar menjadi bab 2 dalam buku.

Bab 2 TEORI BELAJAR

2.1. belajar

2.2. permasalahan dalam pembelajaran

2.3. Hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

 

Sub bab 2.2. media pembelajaran menjadi bab 3 buku

Bab 3 MEDIA PEMBELAJARAN

3.1. Pengertian media

3.2. jenis media

3.3. manfaat media

 

Sub bab 2.3. modul menjadi bab 4 buku

Bab 4 mengenal modul

4.1.pengertian modul

4.2. karakteristik modul

4.3.sistematika modul

4.4. kelebihan modul

dan seterusnya hingga sub bab dalam bab 2 selesai…

 

Dengan demikian hanya dari bab 2 KTI saja, kita sudah dapat menuliskan/ mengubahnya menjadi beberapa bab dalam buku. Jadi, perbanyak penjelasan teori dari bab 2 KTI dan juga hilangkan rumus statistika yang biasanya ada di bab 3 dalam KTI.

Lalu pada bagian selanjutnya...

  1. Berikan pengetahuan baru terkait isu yang sedang berkembang saat ini. Sebagai contoh, model reflektif dikaitkan dengan tuntutan pembelajaran abad 21 yang mengharuskan peserta didik memiliki kompetensi 4C yaitu Communications, collaboration, creativity, dan critical thinking. Atau dapat pula dipaparkan tentang media animasi untuk membantu efektifitas pembelajaran selama masa pandemi di mana para siswa tidak dapat bertatap muka langsung dengan guru sehingga diperlukan media yang menampilkan sajian materi pelajaran secara audiovisual.
  2.   Menampilkan data penting hasil penelitian. Sesingkatnya.
  3.   Dari sisi kebahasaan dan penyajian, karya ilmiah versi buku mesti berbeda dengan versi laporan dan upayakan agar pembaca memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena.

Susunan dan gaya tulisan bersifat bebas, berpulang kepada penulis. Setiap penulis tetu memiliki ide dan kreativitas masing-masing sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Semakin literat seorang penulis, maka akan semakin apik buku yang ditulis.

  1. Daftar Pustaka

Untuk daftar pustaka boleh menggunakan blog. Namun hanya situs blog resmi seperti Kemendikbud.go.id, Jurnal ilmiah, e book, atau karya ilmiah lainnya.

Satu hal penting, hindari menggunakan daftar pustaka berupa blog pribadi dengan domain blogspot, wordpress, dan lain sebagainya.

  1. Karya ilmiah versi buku minimal terdiri dari 70 halaman format A5 dengan ukuran huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan dengan aturan Penerbit.
  2. Menghindari self plagiarisme, perlu penerapan teknik parafrasa untuk membantu penulis ketika ingin menuliskan ulang KTI nya menjadi buku.

Semua yang dipaparkan oleh Bu Nora pada pertemuan ini menunjukkan bahwa membuat buku dari karya ilmiah tidak serta merta sama dengan mengubah judul dan sampul sementara isi KTI disalin persis seluruhnya. Melainkan, isi KTI juga mengalami perubahan dalam hal struktur dan redaksi kalimatnya tanpa mengubah poin inti dan arti kalimat yang ada dalam versi aslinya, yakni KTI.

Berikut beberapa tambahan yang dijelaskan Bu Nora saat sesi tanya jawab, di antaranya:

Ø  untuk KTI ‘berusia’ lebih dari 5 tahun pun bisa dikonversi menjadi buku dengan catatan daftar pustakanya diperbaharui setidaknya 5 tahun terakhir dan esensi KTI yang kemudian menjelma menjadi isi buku dikaitkan dengan keadaan saat ini.

Ø  Catatan kaki dalam KTI sebaiknya masuk ke bagian isi buku agar lebih lengkap dan jelas.

Ø  Penting untuk diperhatikan mengenai tata cara penulisan, sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau yang kini disebut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

 

Demikian resume untuk pertemuan ke-6 ini.

Alhamdulillah, Bu Nora dan Buraliyanti serta teman-teman sekalian.. terima kasih. Jazakumullah ahsan jaza’.


1 komentar:

  1. Sabar bu..karya tulis tidak harus dari skripsi. Bikin lagi PTK atau artikelnya dan sejenisnya. Semangat...!!
    Namun, buku berbentuk fiksi dari cerpen juga bisa, dan resume ini diawali dengan penggalan cerpen pembuka. Mantull

    BalasHapus

Sampai Ketemu Lagi

Sampai ketemu lagi. "Kak As, nanti saya telpon ya" Aku menjwabnya dengan senyuman. "Sampai ketemu lagi, kak" ia pu...