Sabtu, 29 Januari 2022

Menulis Buku Dari Karya Ilmiah

Judul                : Menulis Buku Dari Karya Ilmiah

Resume ke-     : 6

Gelombang     : 24

Tanggal           : Jumat, 28 Januari 2022

Narasumber    : Noralia Purwa Yunita, M.Pd

 


Yang kusesali adalah…

Aku tak akrab dengan Bang e-mail.

Aku bahkan tak kenal si drive.

Jadi jangan tanya tentang kabar Karya Ilmiahku yang the only one.

Ya, Skripsi.

Usianya tentu tak semuda aku. Hehee.. maksudku, tak muda lagi. Pun sudah lama waktu membawa pergi skripsiku.

Lah kok waktu sih?

Mmm.. bukan waktu. Tapi seseorang, yang meminjam skripsiku dan belum dikembalikan. Atau mungkin tidak akan bisa dikembalikan lagi.

Sementara ketika itu harta karunku adalah sebuah flash disk. Sebagai pelanggan setia warnet, memang hanya itulah modalku. Lalu di mana flash disk itu?

Sedikit lagi akan genap satu dekade, keseluruhan waktu dihitung dari tahun ini ke tanggal aku dinyatakan lulus kuliah. Maka pertanyaan tentang flash disk itu akan kujawab dengan satu kata. Innaalillah.

Dan sebelum orang-orang pun menyebut kalimat istirja’ di akhir waktu yang ditetapkanNya untukku, aku ingin membukukan setidaknya sebuah karya ilmiah...

The End. 😊

 

Assalaamu ‘alaykum.

Salam sejahtera, teman-teman..

Dengan penuh sukacita pertemuan ke-6 kelas Belajar Menulis gelombang 23 dan 24 atau disingkat BM 23-24 dibuka oleh Bu Raliyanti selaku moderator.

Sang Narasumber pada kuliah online kali ini rupanya adalah seorang guru IPA pada SMPN 8 Semarang, Bu Noralia Purwa Yunita, nama lengkap beliau. Dengan rendah hati, Bu Nora menuliskan dalam chat bahwa beliau akan berbagi pengalaman tentang bagaimana cara menulis buku dari karya ilmiah.

Yap! Materi pelajaran kita malam ini bertema menulis buku dari karya ilmiah.

Mengawali materi tersebut, narasumber yang tak lain adalah alumni BM 8 ini menyinggung bahwa sudah pasti para peserta BM 23-24 pernah membuat karya ilmiah baik skripsi bagi lulusan S1 atau juga tesis bagi menapaki jenjang pendidikan S2. Lalu, selain itu dalam masa menjadi guru, hadir pula sebuah tuntutan untuk membuat karya ilmiah. Karya ilmiah dimaksud bisa Penelitian Tindakan Kelas (PTK), best practice, makalah tinjauan ilmiah, artikel ilmiah, ataupun jurnal. Bagi ASN sederet nama karya ilmiah tersebut biasanya dibuat sebagai penunjang kenaikan pangkat. Singkatnya melalui fakta yang terjadi selama ini memperlihatkan kepada kita bahwa pembuatan karya ilmiah hanya sebatas untuk menggenapi persyaratan akan suatu tuntutan tertentu.

Setelah tuntutan terkait karya ilmiah tersebut terpenuhi, semua upaya dalam proses pembuatan karya ilmiah tersebut pada akhirnya berujung dengan ‘memuseumkannya’ di lemari, di rak buku pribadi atau paling tinggi di perpustakaan kampus dan perpustakaan tempat pelakasanaan penelitian yang biasanya tak lain adalah sekolah/madrasah masing-masing.

“Akan sangat disayangkan apabila informasi dan data penting yang tertulis dalam KTI dari hasil riset yang telah kita lakukan tersebut hanya tergeletak begitu saja di perpustakaan dan tidak dapat tersampaikan kepada masyarakat luas atau tidak dapat dinikmati oleh masyarakat luas sebagai rujukan yang dapat memberikan solusi nyata” chat Bu Nora yang diteruskan oleh Bu Raliyanti dalam WhatsApp grup Belajar Menulis 24.

Satu solusi yang kemudian menjawab soalan di atas ialah menjadikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) kita tersebar ke luas ke masyarakat berupa buku.

So, pendeknya mari ubah KTI kita menjadi buku. Berikut manfaat mengonversi KTI menjadi buku, antara lain:

  1. Karya kita dapat dibaca oleh masyarakat luas
  2. Buku dapat diperjualbelikan, sehingga dapat diperoleh keuntungan material
  3. Bagi para ASN, dapat memperoleh 2 keuntungan sekaligus. Di mana selain mendapatkan poin Angka Kredit (AK) dari laporan PTK, buku hasil konversi tersebut dapat dijadikan publikasi ilmiah yang juga menambah poin AK.
  4. Bila buku hasil konversi KTI kita banyak dibaca, banyak dibeli, maka ada kemungkinan nama kita sebagai penulis akan dikenal oleh banyak orang. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri
  5. Ketika sudah menjadi buku, Ilmu yang ada dapat tersebar bebas tanpa sekat.

 

Bagaimana cara mengonversinya?

Menyebut KTI dan buku, tentu kita tau bahwa masing-masing memiliki bentuk yang berbeda satu sama lain. Perbedaan dimaksud tidak hanya soal tampilan jilidnya, melainkan lebih kepada format penulisannya.

Format buku dan KTI masing-masing tersusun atas:

 

No

BUKU

KTI

Keterangan

1

Judul

Judul

* (dapat pula ditambah)

2

Kata Pengantar

Lembar pengesahan

 

3

Prakata

Kata Pengantar

 

4

Daftar isi

Halaman persembahan

 

5

Isi buku

Daftar isi

 

6

Daftar Pustaka

Pendahuluan

 

7

Sinopsis

Tinjauan Pustaka

 

8

Profil Penulis

Metode penelitian

 

9

Daftar gambar*

Pembahasan

 

10

Daftar tabel*

Kesimpulan

 

11

Indeks*

Daftar Pustaka

 

12

Glosarium*

Lampiran

 

 

Cara Konversi KTI Menjadi Buku

A.     Ubah judul

Biasanya, judul KTI menggunakan bahasa ilmiah,  kaki, dan panjang. Judul buku lebih cenderung menggunakan bahasa populer, santai dan singkat. Paling tidak maksimal 5-6 kata.

Sebagai contoh, judul Skripsi "Pengaruh model pembelajaran reflektif berbantu media animasi terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas VIII pada materi sistem pencernaan manusia".

Dapat diubah menjadi lebih singkat, padat, namun tidak mengubah arti dari judul karya ilmiah yang telah dibuat. Sehingga judul buku tersebut, misalnya:

" Serunya belajar IPA dengan media animasi".

  1. Ubah daftar isi

Biasanya untuk beberapa KTI, daftar isi memuat:

BAB 1 Pendahuluan berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah

BAB 2 landasan teori

Bab 3 metode penelitian yang berisi rumus-rumus statistika

Bab 4 hasil dan pembahasan

Bab 5 penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

 

Namun ketika diubah menjadi BUKU, daftar isi berpedoman 2W +1H, sehingga menjadi:

Bab 1 (why) menjelaskan pentingnya, alasan penggunaan model/media itu untuk pembelajaran. Masalah pembelajaran Sains selama ini, dll.

Bab 2 (what) menjelaskan apa itu pengertian, karakteristik, ciri khas, dari metode/media/model yang menjadi fokus dari tulisan.

Bab 3, 4, 5, dan seterusnya (How) menjelaskan bagaimana tahap pembuatan, bagaimana hasil pembuatan, bagaimana penerapannya.

Boleh juga mengembangkan materi dari bab 2 di KTI.

Sebagai contoh jika bab 2 KTI yang merupakan landasan teori ternyata berisi

2.1. hasil belajar

2.2. media pembelajaran

2.3. Modul

2.4. model pembelajaran

2.5. pembelajaran berbasis riset

 

Saat diubah menjadi buku dapat dibuat menjadi beberapa bab yaitu:

Sub bab 2.1. hasil belajar menjadi bab 2 dalam buku.

Bab 2 TEORI BELAJAR

2.1. belajar

2.2. permasalahan dalam pembelajaran

2.3. Hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

 

Sub bab 2.2. media pembelajaran menjadi bab 3 buku

Bab 3 MEDIA PEMBELAJARAN

3.1. Pengertian media

3.2. jenis media

3.3. manfaat media

 

Sub bab 2.3. modul menjadi bab 4 buku

Bab 4 mengenal modul

4.1.pengertian modul

4.2. karakteristik modul

4.3.sistematika modul

4.4. kelebihan modul

dan seterusnya hingga sub bab dalam bab 2 selesai…

 

Dengan demikian hanya dari bab 2 KTI saja, kita sudah dapat menuliskan/ mengubahnya menjadi beberapa bab dalam buku. Jadi, perbanyak penjelasan teori dari bab 2 KTI dan juga hilangkan rumus statistika yang biasanya ada di bab 3 dalam KTI.

Lalu pada bagian selanjutnya...

  1. Berikan pengetahuan baru terkait isu yang sedang berkembang saat ini. Sebagai contoh, model reflektif dikaitkan dengan tuntutan pembelajaran abad 21 yang mengharuskan peserta didik memiliki kompetensi 4C yaitu Communications, collaboration, creativity, dan critical thinking. Atau dapat pula dipaparkan tentang media animasi untuk membantu efektifitas pembelajaran selama masa pandemi di mana para siswa tidak dapat bertatap muka langsung dengan guru sehingga diperlukan media yang menampilkan sajian materi pelajaran secara audiovisual.
  2.   Menampilkan data penting hasil penelitian. Sesingkatnya.
  3.   Dari sisi kebahasaan dan penyajian, karya ilmiah versi buku mesti berbeda dengan versi laporan dan upayakan agar pembaca memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena.

Susunan dan gaya tulisan bersifat bebas, berpulang kepada penulis. Setiap penulis tetu memiliki ide dan kreativitas masing-masing sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Semakin literat seorang penulis, maka akan semakin apik buku yang ditulis.

  1. Daftar Pustaka

Untuk daftar pustaka boleh menggunakan blog. Namun hanya situs blog resmi seperti Kemendikbud.go.id, Jurnal ilmiah, e book, atau karya ilmiah lainnya.

Satu hal penting, hindari menggunakan daftar pustaka berupa blog pribadi dengan domain blogspot, wordpress, dan lain sebagainya.

  1. Karya ilmiah versi buku minimal terdiri dari 70 halaman format A5 dengan ukuran huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan dengan aturan Penerbit.
  2. Menghindari self plagiarisme, perlu penerapan teknik parafrasa untuk membantu penulis ketika ingin menuliskan ulang KTI nya menjadi buku.

Semua yang dipaparkan oleh Bu Nora pada pertemuan ini menunjukkan bahwa membuat buku dari karya ilmiah tidak serta merta sama dengan mengubah judul dan sampul sementara isi KTI disalin persis seluruhnya. Melainkan, isi KTI juga mengalami perubahan dalam hal struktur dan redaksi kalimatnya tanpa mengubah poin inti dan arti kalimat yang ada dalam versi aslinya, yakni KTI.

Berikut beberapa tambahan yang dijelaskan Bu Nora saat sesi tanya jawab, di antaranya:

Ø  untuk KTI ‘berusia’ lebih dari 5 tahun pun bisa dikonversi menjadi buku dengan catatan daftar pustakanya diperbaharui setidaknya 5 tahun terakhir dan esensi KTI yang kemudian menjelma menjadi isi buku dikaitkan dengan keadaan saat ini.

Ø  Catatan kaki dalam KTI sebaiknya masuk ke bagian isi buku agar lebih lengkap dan jelas.

Ø  Penting untuk diperhatikan mengenai tata cara penulisan, sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau yang kini disebut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

 

Demikian resume untuk pertemuan ke-6 ini.

Alhamdulillah, Bu Nora dan Buraliyanti serta teman-teman sekalian.. terima kasih. Jazakumullah ahsan jaza’.


Sabtu, 22 Januari 2022

Menjadikan Menulis Sebagai Passion

Judul               : Menjadikan Menulis Sebagai Passion

Resume ke-     : 2

Gelombang     : 24

Tanggal           : Rabu, 19 Januari 2022

Narasumber    : Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd



Penyendiri. Itu aku.

Meski seorang diri, kurasa aku tak sendiri. Karena satu cara yang kupunya selalu manjur untuk meramaikan duniaku yang senyap. Bermain corat-coret dengan dua temain terbaikku, kertas dan pena.

Ya, menulis. Sebuah keajaiban yang membuatku menjadi sejujur-jujurnya diriku saat melakukannya. Namun, sekaligus mengantarku menjelma sebagai orang lain ketika selesai menyentuhkan pena pada kertas.

Kala membaca kembali ukiran tinta yang bertahta di singgasana kertas itu aku seakan menjadi orang lain yang sedang berinteraksi dengan diriku. Aku bisa melihat diriku. Dengan begitu aku bisa mengoreksi diri. Bermuhasabah. Dengan caraku sendiri.

Setidaknya saat menulis dan membacanya Kembali aku merasa bebas. Aku senang melakukannya.

Dulu.

Dan entah bagaimana, beberapa tahun lalu kesenangan itu seperti memudar. Sangat jarang aku menuliskan hariku lagi. Aku hampir tidak pernah menulis apapun. Kebiasaan corat-coretku seakan pergi meninggalkanku.

Atau, aku kah yang meninggalkannya bersama seabrek kenangan di tiap detik yang berlalu..?

Hingga akhirnya sang waktu menamparku. Mendamparkanku di sebuah grup WhatsApp. “Guru Madrasah menulis”.

Dan seperti pulau yang bertetangga, aku pun kemudian tiba di sebuah komunitas bernama Writing Is My Passion_Perusahaan Milik Allah (WIMP PMA) yang dimotori oleh ‘Bunda Ratu Antologi’.

Padahal aku tau banyak yang menyapanya dengan nama Bu Kanjeng. Tapi demikianlah, aku punya nama khusus untuk beliau. Semoga Allah menjaga keikhlasannya.

The End. 😊


Assalaamu 'alaykum, teman-teman.. 

Adalah passion, satu kata yang tidak terlepas dari orang sukses. Diulas dalam artikel di finansialku.com, passion ialah sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas, tanpa paksaan dan suatu bentuk panggilan dari alam bawah sadar seseorang. Dilakukan secara terus menerus, tidak pernah merasa bosan, tidak memikirkan untung rugi, serta bila tidak dilakukan akan merasa sesuatu yang kurang.

Dengan kata lain passion adalah sebuah keinginan yang begitu mendalam dari lubuk hati yang dilakukan tanpa adanya paksaan ataupun beban walaupun ia tak mendapatkan materi sebagai upah.

Seseorang yang memiliki passion akan terus-menerus berpikir untuk mewujudkan sesuatu yang menjadi ketertarikannya. Sehingga ia akan melakukan sebaik mungkin yang dapat dilakukan. Dan setiap hari merupakan kesempatan baru untuk berusaha.

Singkatnya, passion adalah gairah. Kecenderungan terhadap sesuatu yang melahirkan rasa bahagia dalam menjalaninya.

Apa passionmu?

Jawabannya Kembali pada diri kita masing-masing.

Narasumber hebat nan rendah hati, Bunda Ratu Antologi-ku menjabarkan bahwa:

        Kemampuan menulis dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir.

    Hingga hari ini, profesi penulis adalah salah satu pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara sosial

 

Selanjutnya terkait kendala dan hambatan dalam menulis di antaranya sebagai berikut:

  1. Merasa tidak berbakat dalam hal menulis
  2. Tidak memiliki waktu
  3. Tidak memiliki ide
  4. Enggan dikritik
  5. Tidak suka menulis.

Dari 5 butir nomor di atas, mana yang jadi hambatan bagi teman-teman?

Kalau aku, pernah dirasuki poin ke-4. Kadang khawatir kalau hasil ‘corat-coretku’ dihadang dengan komentar yang menikam. Ya, beda jalur dengan kritik sebenarnya. Tapi intinya diriku seringkali menyembunyikan ‘coretanku’.

Ah, memang aku yang krisis percaya diri ya..?

Belum lagi kalau merasa waktuku habis. Pernah.

Seakan 24 jam punyaku tak sama dengan porsi waktumu, kawan.

Rupanya, lagi. Kembali ke diriku sendiri. Waktuku memang habis. Sebab, tanpa prioritas.


Nah, berikut beberapa alasan untuk menulis yang dipaparkan oleh Bunda Ratu Antologi. Kita mulai dari....

  Mengapa harus menulis?

 Lebih filosofis dan berhubungan dengan nilai, visi, dan misi hidup kita di dunia.

 Bagaimana kita harus menulis?

 Lebih bersifat teknis dan cenderung mudah dipelajari melalui proses Latihan.

  Kapan kita mulai menulis?

Secepatnya! Kita harus niatkan untuk membuat karya yang asli dari diri kita.

 


Sebagai pendatang baru di dunia kepenulisan, diriku merasa mendapat pesan khusus dari Bunda melalui salah satu slide materinya di bawah ini.

 


Bunda juga memaparkan Langkah-langkah menjadi penulis yang baik sebagaimana dapat kita perhatikan pada alur berikut:



Sementara itu persiapan menulis yang perlu kita lakukan antara lain:

  1.   Menggali dan menemukan ide/gagasan.

Cara efektif yang dapat digunakan untuk mendapat ide ialah melalui brainstorming. Eksplorasi gagasan dapat terjadi melalui kajian pustaka, mengamati peristiwa yang terjadi di sekeliling kita bahkan dari imajinasi kita.

  1.   Menentukan tujuan, genre, dan segmen pembaca.

Hal mendasar tentunya adalah niat serta azzam, tekad dalam diri kita. Untuk apa? Satu pertanyaan yang sangat menentukan tujuan kita menulis. Sehingga terkait genre dan segmen pembaca akan terjawab dengan sendirinya.

perlu diingat bahwa segmen pembaca yang kita pilih tentu merupakan pertimbangan penting yang kemudian menentukan warna tulisan kita.

  1.   Menentukan topik.

Langkah ini dapat dilakukan setelah kita berhasil menetapkan tujuan, genre dan sasaran pembaca. Sebagai contoh, bila tujuan menulis adalah untuk memberikan informasi yang benar tentang Kesehatan, maka tulisan popularlah genrenya.

Dan ketika sasaran pembacanya adalah orang tua (manula), topik tulisan yang sekiranya diangkat misalnya “Hidup sehat di usia senja”.

  1.   Membuat outline.

Kerangka tulisan atau outline merupakan bingkai yang perlu kita sediakan di awal sebelum memulai menulis. Dengan adanya outline sebagai deskripsi materi secara garis besar akan membantu kita untuk tidak keluar dari topik yang sedang ditulis. Karakterisitik outline yang baik memiliki kesederajatan yang logis, kesetaraan struktur, kepaduan, dan penekanan.

  1.   Mengumpulkan bahan materi/buku.

Untuk memperkaya perspektif dan referensi, seorang penulis wajib membaca banyak buku dan sumber bacaan lain. Meminjam kata-kata Om Jay, penulis harus rakus membaca. Agar bisa menemukan ide menulis, dan semakin banyak pula gagasan yang dapat dikembangkan.

 

Berikut tedapat 3 Langkah penting setelah kita menyelesaikan naskah kasar, yaitu:

  1.   Editing.

Yang perlu kita lakukan pada tahap ini ialah membaca ulang dan menyempurnakan draf tulisan kita.

  1.   Revising

Pada tahap kedua ini kita dapat mengubah beberapa bagian dan juga melengkapi naskah. Selain itu untuk menihilkan kesalahan tulis, kita pun perlu mengevaluasi kembali naskah.

  1.   Publishing.

Tahap ini dimuali dengan pengiriman naskah oleh penulis. Berikut pracetak yang meliputi perwajahan buku, tata letak, pengajuan ISBN, dan proof reading. Disusul pula promosi dan distribusi.

 

Di bagian akhir materinya Bunda pun menampilkan karya-karya beliau yang luar biasa.

Mengamati slide tersebut membuatku merasa ingin seperti Bunda yang telah berkarya dalam berbagai genre. Best seller pula.

Semoga bersama-sama kita teguh menjadi para pembelajar yang kelak dapat lulus dari kelas belajar menulis gelombang 24 ini sambil mendekap buku solo kita dan ber-passion kuat di bidang menulis.


Bunda, Om Jay, Bu Ewi, dan teman-teman semua.. jazakumullah khayr atas kebersamaan dan segenap ilmu yang ditebarkan pada kami.

Jumat, 21 Januari 2022

Ide Menulis Bagi Guru

 


Judul        : Ide Menulis Bagi Guru

Resume ke-  : 1

Gelombang   : 24

Tanggal      : 17 Januari 2022

Narasumber  : Wijaya Kusumah, M.Pd

 

Satu panggilan tak terjawab. Nomor tak bernama.

Siapa?

Aku bersegera mengetik sandi ponselku. Ada pula sebuah pesan dari nomor itu. Kubaca dengan cermat.

Tetiba tanganku sedikit bergetar. Kaget. Gara-gara munculnya 3 icon di bottom layar hp ku. Gagang telpon berwarna hijau terus menari-nari sendiri di antara dua gambar lainnya.

Yang kulakukan?

Tentu menggeser tombol hijau itu ke atas. Menerima panggilan dari si pengirim pesan tadi.

“iya” Hanya itu yang kuucapkan. Untuk menjawab ucapan halo, menyanggupi kata-katanya serta mengakhiri panggilan itu.

Diantara semua yang ada dalam aula, aku menarik satu temanku yang bernama Neni. Aku merasa perlu ditemani. Untuk menemui seseorang yang sedang menungguku di depan gerbang madrasah.

“Neni, ada uang?”

Kulihat ia menggangguk.

“Kalau sampai di depan sana kakak dimintai uang, kakak pinjam uang Neni ya..” ucapku pelan.

Ia kembali mengangguk.

Sesaat akan mencapai gerbang, tiba-tiba ia berhenti melangkah dan melempariku tanya, “kakak akan ketemu siapa sih!?..”

Tanpa menjawab. Kuedarkan pandanganku.

Seseorang terlihat berdiri di seberang jalan. Kami melangkah ke arahnya.

Waaa… Om Jay! Seruku dalam hati.

Saat membaca sederet huruf berukuran kecil yang tercetak jelas di kertas tanda pengiriman.

“COD, kak?” tanyaku pendek. Sambil menerima bungkusan yang diserahkan padaku.

“Sudah, Bu Guru”

“Terima kasih” ucapku bersamaan dengan pengantar paket itu.

Maasya Allah. Tanpa kuduga. Buku Kisah Seru di Balik Tirai Bambu karya Om Jay dkk tiba sesuai alamat tepat setelah Upacara Peringatan Hari Guru.

Ini adalah kado hari guru dari Om Jay. Aku akan mengingatnya. Bahwa 25 November 2021 sebuah paket istimewa jatuh ke pelukanku.

The End.

***

Assalaamu ‘alaykum, teman-teman..

Apa hubungannya coretan di atas dengan resume materi yang dipaparkan oleh Om Jay pada pertemuan pertama kelas online Belajar Menulis gelombang 23-24?

Pasti bertanya-tanya ya..

Jadi, semua rangkaian huruf dalam resume ini baru mulai kurajut hari ini. Rabu, 19 Januari 2022.

Seperti yang disampaiakan oleh Om Jay, ide menulis ada di mana-mana. Bisa dimulai dari diri kita sendiri. Termasuk pengalaman menyenangkan yang pernah kita alami dapat dituang ke dalam tulisan. Atau keseharian kita pun bisa menjadi bahan tulisan.

“Saya memulainya dengan sebuah foto atau video. Dari sanalah ide menulis itu muncul” pesan Om Jay yang diteruskan dalam ruang chat grup WA oleh Bu Maesaroh selaku moderator.

Selain itu menurut Om Jay, kegiatan menulis itu sendiri justru bisa membantu kita menemukan ide. Sehingga yang menjadi poin penting adalah menulis. Mulai menulis, terus menulis dan menulis. Meskipun tanpa ide.

Sebab sekalipun ide bermunculan, tetapi kita tidak memulai menuliskannya, maka yang terjadi adalah ide itu akan tenggelam atau bahkan menguap hingga raib. Dan kosong.

Satu tips yang senantiasa dibagikan oleh Om Jay ialah menulislah setiap hari. Bila tanpa ide, tetaplah menulis. Objek di sekitar kita, perasaan, atau harapan dan keinginan kita merupakan beberapa hal yang kemudian bisa dibahasakan ke dalam bentuk tulisan.

Nah, hal berikutnya kadang terasa sulit ketika hendak mengonversi sebuah keadaan menjadi suatu tulisan. Ini menunjukkan bahwa kita perlu melahap bacaan terlebih dahulu. Karena dengan banyak membaca kita dapat memperkaya perbendaharaan kata sembari mempelajari teknik menulis serta gaya bahasa para penulis.

Beberapa hal yang perlu kita ingat dan lakukan ialah;

*     Usir rasa malas yang bersemayam dalam diri kita dan mulai menulis.

* Tidak perlu khawatir ataupun merasa tulisan kita receh, karena sesungguhnya tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai. Dan tulisan bagaikan sidik jari, berbeda tiap satu dengan yang lainnya. Unik.

* Dibutuhkan perjuangan agar tulisan kita menjadi yang berkualitas, enak dibaca, dan diminati. Perjuangan itu tak lain adalah menulis, berlatih menulis, dan terus menulis.

*   Belajar dari pakar menulis ataupun memiliki mentor.

*   Fokus.

 

Hm... Beberapa hal tersebut lebih tepatnya terutama dialamatkan kepada diriku sendiri nih. Kejadiannya di 2021, tapi ditulis pada tahun berikutnya. Saat teman-teman sudah menapaki separuh liukan menuju puncak, aku baru merangkai kata untuk resume pertama.

Astaghfirullah.. Fokus, As!

Gurunda Om Jay, Yunda May.. terima kasih telah menuangkan ilmu sekaligus menyalakan alarm bagiku ini. Sekali lagi terima kasih untuk semuanya. 😊

Sampai Ketemu Lagi

Sampai ketemu lagi. "Kak As, nanti saya telpon ya" Aku menjwabnya dengan senyuman. "Sampai ketemu lagi, kak" ia pu...