Rabu, 15 Desember 2021

Menjelajah Alam Digital Yang Luas

Bismillahirrahmaanirrahiym.



Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah yang Mahabaik kepadaku. Setelah beberapa waktu lalu sempat ‘terpental’ dari circle ini oleh sebab diriku sendiri, akhirnya pertemuan ke-14 kelas Guru Motivator Literasi Digital (GMLD) bisa kuikuti tepat waktu bersama teman-teman dan kini kembali jemariku menari di atas tuts keyboard guna membuat resume ini.

Yang menurutku adalah master diksi, Yunda Maesaroh, M.Pd atau yang terkenal dengan nama pena Maydearly adalah sang narasumber pada kesempatan kali ini, Rabu tertanggal 1 Desember 2021. Yang Membuka serta membersamai kami dalam jalannya penyampaian materi, dan selama sesi Q n’ A (Question and Answer, tanya jawab) hingga selesai ialah Mz Phia selaku moderatornya. Materi yang disampaikan yaitu Menjelajah Alam digital yang Luas.

Di awal pemaparannya, sang blogger milenial, Yunda Maesaroh menyampaikan bahwa menjelajahi dunia digital tentu perlu kecakapan, agar kita mampu memiliki wawasan yang luas. Bukan hanya soal seberapa luasnya dunia maya yang dijelajahi, tetapi juga luasnya intelektual kita dalam berjelajah di dunia digital.

Oleh karena itu, menjadi penting bagi kita untuk mengembangkan literasi digital. Terdapat 4 Pilar dalam mengembangkan Literasi Digital, yakni:

  1. Digital Culture

cakap  bermedia digital dengan memanfaatkan media digital sebagai alat untuk menghubungkan satu koneksi menuju seluruh dunia

  1. Digital Safety

cakap dalam melindungi diri dan aset digital ketika sedang berada di dunia digital.

  1. Digital Ethics

etis dalam menggunakan dunia digital dengan tidak mengalahgunakan alat digital sebagai penyebar informasi hoaks

  1. Digital Skill

cakap secara tehnologi dalam menggunakan piranti digital sebagai alat untuk meng up grade pengetahuan. Adapun kecakapan dalam hal ini perlu meliputi 8 kecakapan diantaranya : Cakap dalam memakai ilmu Coding, Collaboration, Cloud software, Word Processing software, Screen Casting, Personal digital archiving, Information Evaluation, Use of social media.

Alam digital atau yang tren disebut dumay alias dunia maya adalah sebuah alam yang memberi koneksi antara satu individu dengan individu lainnya lewat kecanggihan sebuah teknologi sehingga yang jauh pun menjadi dekat.


Sebagai seorang guru tentu kita mengetahui sebagian besar anak didik kita sudah menggunakan piranti digital. Mereka sangat pandai bergaul di dunia maya. Bahkan tak jarang ketika gurunya belum mengerti sebuah aplikasi, anak muridnya malah sudah mahir menggunakan medsos. Dan tak sedikit dari anak didik kita yang terkadang salah kaprah dalam penggunaan media sosial.

Oleh sebab itu, amat penting bagi kita untuk menggaungkan literasi digital terhadap anak didik kita, para orang tua/wali siswa, ataupun masyarakat di lingkungan kita. Diperlukan pemahaman yang cukup mengenai dunia digital bagi kalangan anak muda dan keterbukaan informasi di media sosial yang memberikan dampak negatif penggunaan media sosial seringkali dialami oleh anak muda khususnya para pelajar.

 

Yunda Maesaroh juga mengingatkan kita mengenai defenisi usia muda atau remaja berasal dari kata adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Usia remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang dialaminya dalam tiga tingkatan yaitu praremaja 10-12 tahun, remaja awal 13- 16 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun. So, anak didik kita di semua jenjang termasuk remaja nih, kecuali kisaran yang masih duduk di kelas IV (empat) MI ke bawah.

 

Dalam menyongsong abad 21 ketika implementasi pembelajaran melalui mesin (komputasi) segala informasi tersedia dengan luas, dimana saja dan kapan saja. Maka, literasi digital menjadi penting untuk membangun pendidikan yang berintergrasi pada pergeseran pembangunan pendidikan ke arah ICT (Information and Communication Technologies) sebagai salah satu strategi manajemen pendidikan abad 21 yang di dalamnya meliputi tata kelola kelembagaan, dan sumber daya manusia. Untuk itu,  edukasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam meningkatkan budaya cerdas ber-literasi agar para generasi penerus bangsa mampu menyaring  informasi  dengan baik yang beredar dari media sosial.

 

Pemahaman literasi digital yang buruk akan berpengaruh pada dampak psikologis anak dan remaja yang cenderung menghina orang lain, menimbulkan sikap iri terhadap orang lain, mengakibatkan depresi, terbawa arus suasana hati terhadap komentar negatif, serta terbiasa berbicara dengan bahasa kurang sopan. Atas dasar pandangan tersebut, hal inilah yang menyebabkan dampak buruk dalam berinteraksi. Tentunya, ini menjadi bahan refleksi sekaligus tugas kita para guru untuk terus menggaungkan literasi digital.

 

Termasuk yang perlu ditekankan dalam literasi digital ialah mengenai penggunaan piranti digital yang terlampau tinggi atau terlalu sering dalam waktu yang relatif lama dan tanpa henti, maka para penggunanya akan cenderung mengalami Digital Fatigue. Digital Fatigue atau dengan kata lain kelelahan dalam menggunakan media digital. Ciri-cirinya antara lain:

🧐  Perasaan lelah, bosan, malas, dengan berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial, dan berbagai platform digital lain.

🧐  Mata terasa sakit, lelah, dan perih.

🧐  Mata terasa sakit, lelah, dan perih.

🧐  Sakit kepala dan migrain.

🧐  Nyeri otot leher, bahu, atau panggung.

🧐  Sensitif terhadap cahaya.

🧐 Gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori.

🧐 Merasa putus asa dan tidak berdaya.

🧐 Kewalahan menghadapi situasi yang berulang.

🧐 Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga, dan malas bergerak.

🧐 Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar.

 

Ada 5 kecakapan yang perlu dikuasai dalam berliterasi media bagi pelajar dan semua kalangan. Terlebih kita, para guru semestinya menguasai 5 kecakapan tersebut, yaitu:


Di samping itu, untuk mengembangkan literasi digital agar kita mampu bermedia digital dengan baik, perlu kita fahami 8 elemen esensial berikut ini:

1.       Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna digital.

2.      Kognitif, yaitu daya pikir menilai konten.

3.      Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual.

4.      Komunikatif, yaitu memahami kinerja dan jejaring komunikasi di dunia digital.

5.      Kepercayaan diri yang bertanggungjawab.

6.      Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru.

7.      Krisis dalam menyikapi konten.

8.      Bertanggungjawab secara sosial.

 

Pada dasarnya media sosial yang kental dengan kehidupan masyarakat saat ini, menunjukkan bahwa hal itu berbanding lurus dengan animo masyarakat terhadap kebutuhan informasi. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang baik. Sayangnya, karena media sosial merupakan salah satu arena untuk menyebarkan informasi, maka ada banyak informasi yang simpang siur. Oleh karena itu, mengingat pula bahwa media sosial dipakai sebagian besar rakyat dunia, maka perlu literasi media yang massif agar kita mampu menggenggam dunia dengan cara yang benar.

 


Literasi media sosial merupakan suatu keterampilan yang diperlukan untuk tetap dapat melakukan aktifitas ber-media sosial dengan aman. Sebagai warganet yang baik, kita harus mampu menyaring dan memberikan informasi yang edukatif. Sesuai dengan istilah media sosial yang dikemukakan oleh (Taylor & Francis Online, 2014) bahwa media sosial memiliki akronim sebagi berikut:

1.   Sharing views

2.   Optimizing Knowledge

3.   Collaborating on projects

4.   Investigating new ideas

5.   Advocacy for your service provision

6.   Learning from others

7.   Making new connections

8.   Enhancing your practice

9.   Debating the future

10.  Inspirational support

11.   An essensial tools for your information toolbox

 

Sebagai guru tentu kita sadar bahwa kita sedang mengemban peran penting dalam mewujudkan harapan kita bersama dimana generasi milenial dalam dunia digital akan terus menggelinding dan akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Target Indonesia emas akan tercapai bila generasi milenial saat ini melek wawasan kebangsaan, dan menguasai literasi kebangsaan. Syarat cerdas berliterasi digital adalah memiliki karakter kebangsaan yang perlu dijunjung  tinggi dan harus menjadi poin utama dalam berbagai aspek. Beberapa nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan, diantaranya:

1.    Nilai Kejujuran

2.    Nilai Semangat

3.    Nilai Kebersamaan atau Gotong royong

4.    Nilai Kepedulian  atau solidaritas

5.    Nilai Sopan santun

6.    Nilai Persatuan dan Kesatuan

7.    Nilai Kekeluargaan

8.    Nilai Tanggungjawab

 

Beberapa poin penting lainnya diungkapan oleh Yunda Maesaroh melalui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari peserta GMLD yang diperantarai oleh Mz Phia Sang Blingual Blogger. Poin-poin tersebut antara lain:

🧐  Salah satu cara guru mengedukasi di media digital ialah dengan membuat sebuah story di medsos kita tentang refkeksi pembelajaran yang bisa juga ditambah dengan foto2 kegiatan peserta didik kita, kemudian tag mereka. Atau, berikan tantangan kepada mereka untuk membuat story di sosmed terkait refleksi pbelajaran dan tag teman-temannya beserta akun kita. Dengan begitu anak akan merasa terawasi sehingga bertanggungjawab dalam bermedia sosial dan lama kelamaan peserta didik kita secara tak sadar sudah terjun dalam literasi media.

🧐 Perlu dibuat sebuah komunitas di madrasah/sekolah sebagai target literasi media yang kita berikan arahan untuk be aware dalam bermedia sosial. Sehingga kemudian dari komunitas ini lahir informasi-informasi yang yang memantik edukasi.

🧐  Cara mengintip tingkah anak-anak yang membatasi sosmednya, misalnya yang mem- privasi story WA dari kita, gurunya bisa kita lakukan melalui akun temannya, yang memang kita lakukan pendekatan dalam target literasi media.

🧐 Untuk menggaungkan literasi media di madrasah/sekolah kita bisa melibatkan anak-anak OSIM/OSIS.

🧐  Bagi yang sudah tercandu dalam bermedsos perlu kita edukasi dengan ranah pendekatan yang baik, tanpa kekerasan tapi dapat menyentuh hati mereka.

🧐 Disarankan kepada orangtua siswa agar berteman dengan anaknya di media sosial.

 

O iya, tips jitu menghindari digital fatigue adalah membatasi diri dalam bermedia sosial dan membuat skala prioritas dalam berselancar di dunia maya.



“Mulailah dari diri kita, yang memberi perubahan” sebuah kalimat sebagai closing statement dari Yunda Maesaroh. Kita para guru perlu menjadi stakeholder dalam pengembangan literasi media karena media merupakan alam maya yang mampu membawa kita terhubung pada dunia yang lebih luas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sampai Ketemu Lagi

Sampai ketemu lagi. "Kak As, nanti saya telpon ya" Aku menjwabnya dengan senyuman. "Sampai ketemu lagi, kak" ia pu...