Judul : Menjadi Penulis Buku Mayor
Resume ke- : 21
Gelombang : 24
Tanggal :
Jumat, 4 Maret 2022
Narasumber : Joko Irawan Mumpuni
Assalaamu 'alaykum.
Salam sejahtera untuk kita semua, kawan.
Pintu ditutup. Kala angka 18.57 terpampang di
pojok kiri atas layar ponselku. Penuh rencana. Disiplin.
Menit berikutnya...
"Don’t be afraid to move,
because the distance of 1000 miles starts by a single step." Kalimat
pembuka yang manis. Sebuah pesan. Cukup Panjang. Motivator.
~widyaalthabisma. Pengirimnya.
Terus kupandangi deretan huruf dalam pesan yang bermunculan dari pengirim yang
sama.
“Keren” aku bergumam sendiri membayangkan
segala tentangnya.
Ya. Widya Setianingsih, namanya. Sang moderator
yang kali ini membersamai para juniornya, peserta BM 23-24. Ia mendampingi
narasumber luar biasa yang saat kubaca CV nya membuatku bengong. Teman-teman
bisa lihat nih...
Kesempatan kali ini narasumber beranama lengkap
Joko Irawan Mumpuni tersebut mengajarkan cara agar kita bisa MENJADI PENULIS
BUKU PENERBIT MAYOR. Just believe, teman-teman.
Rajinlah berlatih menulis, As!.
Aku seperti mendengar sebuah bisikan. Padahal aku sendiri.
Eit, tidak perlu takut. Yang
penting sekarang adalah kita cari tau apa saja syarat agar tulisan kita
diterima oleh penerbit mayor?
“Sebelum teknologi informasi berkembang pesat seperti sekarang ini; orang hanya mengenal penerbit Mayor dan penerbit Minor, masing-masing punya pendapat masing-masing apa yang membedakan penerbit mayor dan penerbit minor. Namun semua pendapat itu merujuk pada satu kesimpulan yang pasti yaitu Jumlah terbitan buku pertahun penerbit mayor jauh lebih banyak dibanding penerbit minor. berapa jumlahnya? masing-masing punya pendapat sendiri.” Pak Joko mulai mejelaskan materinya.
Ternyata terdapat ribuan penerbit
di Indonesia. Namun, jumlah penerbit mayor tidak lebih dari 20 dan penerbit
ANDI adalah salah satu penerbit mayor, teman-teman.
Menjadi sebuah prestise besar
bila tulisan kita bisa menembus penerbit mayor. Penulis merasa lebih bangga
jika karyanya diterbitkan oleh penerbit mayor, kenapa?
Tentu karena naskah karyanya akan
dikelola lebih profesional, penerbit mayor biasanya punya fasiliatas lebih
baik, modal, percetakan, SDM juag jaringan pemasaran yang lebih luas.
So, agar karyanya bisa diterima
dan diterbitkan oleh penerbit mayor harus melalui sleksi dengan tingkat
persaingan yang amat sangat ketat. Contoh di Penerbit ANDI, naskah yang masuk
bisa mencapai 300 hingga 500 naskah per bulan, tapi yang diterbitkan hanya 50
sd 60 judul saja. tentunya sisanya dikembalikan ke penulis alias DITOLAK.
Satu kata terakhir tadi agak terrible
ya, teman-teman?
“Karena begitu sulitnya menembus
penerbit profesional baik yang penerbit minor apalagi penerbit mayor, maka para
penulis ada yang menerbitkan karyanya sendiri yang saat ini penerbit seperti
ini kitas sebut dengan Pnerbit Indie” papar Pak Joko.
Dan hal tersebut adalah angin
segar, memberi harapan bagi kita bahwa selalu ada kesempatan untuk belajar
sambil mengukir kisah pendakian mimpi.
“saya yakin semua sudah ada
dilavel paling atas... hanya kurang PD atau kurang nekad aja sehingga karyanya
nggak muncul muncul.” Pak Agus sungguh sedang memotivasi kita, teman-teman.
Na, satu yang perlu kita sadari
ialah bahwa penerbitan adalah Badan Usaha yang mencari keuntungan dngan
melibatkan banyak pihak yang kesemuanya penting.
Yang kemudian bila disederhanakan
akan kita dapati ekosistem penerbitan.
Sementara di bawah ini hal-hal yang menyebabkan
literasi di Indonesia masih rendah dibandingkan dngan negara-negara tetangga.
Selanjutnya Pak Joko pun
menggambarkan ciri-ciri penerbit yang baik, yakni:
1. Memiliki
visi dan yang jelas
2. Memiliki
Bussines core lini produk tertentu
3. Pengalaman
penerbit
4. Jaringan
pemasaran
5. Memiliki
percetakan sendiri
6. Keberanian
mencetak jumlah eksemplar
7. Kejujuran
dalam pembayaran royalty.
Rupanya ini poin yang menjadi syarat
agar naskah kita diterbitkan oleh Penerbit Mayor. Yuk, teman-teman perhatikan
kriteria dan system penilaiannya di bawah ini.
Oleh Pak Agus dijelaskan pula
cara penerbit mengecek apakah penulis tersebut Populer. Penerbit akan melacak
profil penulis dari berbagai sumber:
1. Berapa
banyan teman/pengikut disosial media
2. Seberapa
aktif di grup yang diikuti akan lebih baiki kalau penulis ini sebgai adminnya
dengan jumlah anggota ratusan ribu.
3. Apakah
penulis ini punya blog sendiri dan seberapa aktif dan bagimana respon pembacanya.
4. Google
Scholar adalah yang paling dicermati oleh Penertbit.
Market lebar artinya banyak
dibutuhkan oleh masyarakat, jika itu buku pelajaran maka jumlah
siswa/mahasiswanya sangat banyak. Berkaitan dengan itu, perlu disadari bahwa
ilmu-ilmu murni akan memiliki lifecycle yang panjang, hingga bertahun-tahun
buku itu cetak ulang terus karena laku dan tidak perlu direvisi.
“Pertanyan lain yang sering
muncul adalah Peneribit ANDI memakaigaya selingkung apa? Pada umumnya penerbit
memakai gaya selingkung semua yang ada didunia” tulis Pak Joko.
Na, satu rahasia yang harus
diketahui adalah penerbit menyukai penulis idealis-industrialis.
Begini penjelasan Pak Joko,
teman-teman…
Dan di bagian akhir pemaparan materinya, Pak Joko memberikan
‘jalan’ untuk kita, teman-teman.
Bersama Bu Widya yang juga
senantiasa mengobarkan semangat untuk maju, Pak Joko pun memantik segenap
peserta BM 23-24 dengan 3 ‘mantra’, mood booster keren. Terima kasih.
Terima kasih telah berkunjung kemari. :)
BalasHapus